kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penanganan terabaikan akibat wabah corona, kasus kematian TBC bisa naik drastis


Minggu, 18 Oktober 2020 / 14:02 WIB
Penanganan terabaikan akibat wabah corona, kasus kematian TBC bisa naik drastis
ILUSTRASI. WHO mengingatkan kemungkinan peningkatan drastis kematian akibat tuberkulosis (TBC) di tahun-tahun mendatang.


Sumber: Al Jazeera | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Fokus penanganan dunia ke wabah corona membuat penanganan penyakit lain menjadi terganggu. Salah satunya penanganan penyakit tuberkulosis (TBC). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mengingatkan tentang kemungkinan peningkatan drastis kematian akibat TBC di tahun-tahun mendatang, sebagai akibat dari gangguan yang disebabkan pandemi virus corona.

Ditambah lagi, adanya kekurangan dana dalam upaya global untuk memerangi penyakit TBC. WHO menyebutkan, ada pengurangan yang signifikan dalam pelaporan dan pemantauan kasus TBC baru pada paruh pertama tahun 2020, karena negara-negara memberlakukan lockdown untuk mengekang penyebaran wabah corona (Covid-19).

Tiga negara dengan beban tinggi yakni India, Indonesia dan Filipina, melaporkan penurunan antara 25% dan 30% dalam pemberitahuan TBC selama enam bulan pertama tahun ini atau hingga Juni 2020 dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Ketiga negara tersebut juga termasuk negara dengan angka kasus virus corona tertinggi di dunia.

Baca Juga: WHO: Orang muda dan sehat tidak akan dapat vaksin hingga 2022

“Pengurangan dalam pemberitahuan kasus ini dapat menyebabkan peningkatan dramatis dalam kematian TBC,” tulis laporan WHO seperti dikutip Al Jazeera.

TBC dianggap sebagai penyakit menular paling mematikan di dunia. Ini disebabkan oleh bakteri yang paling sering menyerang paru-paru, dan dapat menyebar dengan mudah.

Diperkirakan ada 14 juta orang dirawat karena TBC antara 2018 hingga 2019. Mereka hanya mewakili sekitar sepertiga dari 40 juta penderita TBC yang diharapkan dapat diobati oleh badan PBB pada tahun 2022.

WHO mencatat, meskipun kejadian penyakit tersebut turun 9% antara 2015 dan 2019 dan kematian menurun sebesar 14% selama periode yang sama, lebih dari 1,4 juta orang masih meninggal akibat tuberkulosis pada 2019.

Sekarang adanya pandemi virus corona menghambat upaya melawan TBC.

“Pandemi corona mengancam penurunan kasus TBC yang diperoleh selama beberapa tahun terakhir,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

“Tindakan yang dipercepat sangat dibutuhkan di seluruh dunia jika kita ingin memenuhi target kita,” katanya.

Baca Juga: Kasus Covid-19 dekati 350.000, ini 15 gejala virus corona menurut WHO



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×