Sumber: Kompas.com | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Generasi milenial atau mereka yang lahir di tahun 1980 hingga awal tahun 2000-an sebenarnya masih tergolong muda. Namun, nyatanya mereka sudah menghadapi masalah kesehatan, terutama tekanan darah tinggi.
Walau kesadaran untuk menjaga gaya hidup sehat makin meningkat di generasi ini, tetapi banyak yang melupakan pentingnya pemeriksaan kesehatan (medical check up) sesederhana mengukur tekanan darah. Awal tahun ini, Blue Cross Blue Shield merilis data kesehatan 55 juta orang dalam laporan Health of Millenials.
Salah satu statistik yang mengejutkan, dari tahun 2004 hingga 2017 prevelensi tekanan darah tinggi pada orang yang berusia 21 tahun hingga 36 tahun melonjak 16%. Dibandingkan dengan Gen X ketika mereka berada pada usia yang sama, hipertensi pada generasi milenial 10% lebih tinggi.
Tekanan darah tinggi adalah tekanan darah yang berada di atas 130 sistolik (bacaan atas yang menunjukkan tekanan di arteri saat jantung berkontraksi) atau lebih dari 80 diastolik (bacaan bawah yang merupakan tekanan di antara detak jantung). “Tekanan darah tinggi akan membuat pembuluh darah menegang dan memaksa tekanan darah yang lebih tinggi lagi,” jelas dokter jantung Michael Miedema, MD, MPH, dari Minneapolis Heart Institute Foundation.
Hal tersebut dapat menciptakan tekanan pada dinding pembuluh darah, menyebabkan rantai inflamasi yang buruk, penumpukan plak, dan risiko yang lebih tinggi lagi yaitu terkena serangan jantung dan stroke.
Dulu, masalah tekanan darah tinggi hanya untuk orang tua dan dianggap kecil kemungkinannya terjadi pada anak muda. Namun, kini tidak lagi, karena banyak juga anak muda yang mengalami masalah tekanan darah tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa masalah berikut:
Wellness yang tak bikin sehat
Anda berpikir dengan mengkonsumsi suplemen khusus, meminum ramuan herbal, dan terapi alternatif akan membuatmu menjadi sehat. Namun, jika berbicara tentang tekanan darah, hal tersebut tak berlaku. “Kaum milenial banyak mendengar tentang wellness dan tidak mengetahui tentang kesehatan yang sebenarnya,” kritik Christopher Kelly, MD, seorang milenial dan dokter jantung di Rumah Sakit Jantung dan Vaskular North Carolina.
“Tren wellness menjanjikan hasil yang bagus dengan usaha yang sedikit, tetapi tidak banyak memberi manfaat,” lanjut Kelly. Ia mengatakan, hanya sedikit iklan wellness yang menyebutkan pentingnya olahraga teratur, tidak merokok, menjaga berat badan yang sehat, dan mengukur tekanan darah dan kolesterol.
Boros dan bangkrut
Kaum milenial memiliki banyak utang dan hal ini memicu stres. Milenial berutang lebih dari empat kali yang dilakukan Gen X. American Psychological Association’s Stress in America survey melaporkan, milenial memiliki tingkat stres rata-rata tertinggi dari generasi mana pun, yaitu 5,7 dari 10.
Tidak hanya stres kronis yang berperan dalam tekanan darah tinggi, tetapi respons ketika sedang stres — seperti makan berlebihan dan mengurangi waktu tidur — makin memperburuknya.
Hobi makan di luar
The Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health menyebut, orang yang setiap hari mengasup makanan buatan rumah berarti mengonsumsi 1.000 kalori lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang jarang mengonsumsi makanan buatan sendiri di rumah.
Itu adalah berita buruk untuk generasi milenial. Sebab, menurut survei Bankrate, rata-rata generasi milenial hobi makan di luar atau membeli makanan menggunakan sistem pesan antar ke rumah mereka sebanyak lima kali per minggu. Yang tidak bisa kita kontrol dari makanan yang tidak dimasak sendiri adalah kandungan sodium dan juga kalorinya, yang berpengaruh pada tekanan darah.
Lalu, ada faktor bobot tubuh. Generasi milenial menjadi generasi yang memiliki berat badan terberat dalam sejarah. Berat badan yang berlebih pada orang dewasa yang berumur relatif muda dapat meningkatkan tekanan darah dan memperumit kerja otot jantung lebih awal. Hal tersebut mengundang penyakit jantung dikemudian hari.
Jarang bergerak
"Jantung membutuhkan tantangan untuk memompa darah ke seluruh tubuh agar tetap lentur dan berfungsi secara normal," kata Aaron Baggish, MD, dari Massachusetts General Hospital. Tetapi, adanya gawai, kendaraan pribadi, transportasi online, dan perangkat canggih lainnya yang bisa membuat hidup makin praktis, membuat milenial tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup.
Generasi milenial yang ingin terhindar dari tekanan darah tinggi dapat membuat perubahan gaya hidup yang cukup sederhana.
1. Menurunkan satu kilogram berat badan.
Untuk setiap satu kilogram atau lebih yang kita kikis, kita bisa melihat penurunan satu poin dalam tekanan darah sistolik (angka teratas).
2. Bangun dari duduk setiap 45 menit dan berjalan-jalan.
Langkah sederhana ini cukup untuk menurunkan tekanan darah diastolik secara signifikan menurut sebuah penelitian.
3. Mengkonsumsi makanan yang baik untuk jantung.
"Mengikuti diet yang sehat untuk jantung dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak yang bisa dilakukan obat hipertensi," kata dokter jantung Michael Miedema, M.D., M.P.H.
4. Isi dengan potasium
Mineral dapat menangkal efek natrium dalam makanan. Beberapa makanan yang mengandung kalium antara lain, seperti sayuran hijau, jamur, dan buah-buahan.
5. Bermain bola basket
Adrenalin dan kortisol yang beredar dalam tubuh ketika kita stres dapat meningkatkan tekanan darah. Ada banyak cara untuk menurunkan hormon stres, salah satunya berkumpul dengan teman. Akan lebih baik lagi jika kita melakukannya sambil olahraga bersama.
6. Pantau tekanan darah di rumah
“Setiap orang harus memeriksa tekanan darah mereka minimal sebulan sekali di rumah, bahkan jika mereka dalam kondisi sehat,” kata John Elefteriades, MD, direktur Aortic Institute di Yale-New Haven Hospital. Kebiasaan sederhana ini dapat membantu kita mengontrol tekanan darah sebelum terlanjur terlalu tinggi. (Lusia Kus Anna)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Generasi Milenial Menghadapi Masalah Tekanan Darah Tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News