Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
"Jumlah atau tingkat darah dikeluarkan dan adanya gejala seperti sesak napas, oksigenasi rendah (hipoksia), atau bahkan perubahan tekanan darah (hipotensi), semua faktor itu menandakan batuk darah serius," kata Cosgrove.
Menurut MedlinePlus, sejumlah kondisi, penyakit, dan bahkan tes medis serta obat-obatan dapat membuat seseorang batuk darah. Beberapa di antaranya adalah bronkitis, kanker paru-paru, radang paru-paru, iritasi tenggorokan akibat batuk hebat, TBC, bronkoskopi, atau bahkan obat pengencer darah.
Baca Juga: Ini gejala baru virus corona: Kulit merah dan gatal-gatal
"Hemoptisis secara umum bukan gejala yang bisa kita abaikan, namun biasanya, pasien batuk dengan bintik-bintik darah yang bercampur dahak," kata Dr. Cosgrove.
Pada kondisi tersebut, dokter akan memberi tahu kita untuk menangani gejala dengan penggunaan obat batuk demi membantu meredakan kondisi batuk, dan melacak berapa lama kita batuk darah dan jumlah darah yang tercampur lendir. Namun, dalam beberapa kasus, batuk darah adalah kondisi darurat.
Jika kita batuk lebih dari beberapa sendok teh darah, dan disertai nyeri dada, pusing, demam, sakit kepala ringan, napas pendek, serta darah dalam air seni atau tinja, penting bagi kita mencari pertolongan medis.
Baca Juga: Mulai dari soal orang tanpa gejala, ini 15 arahan Jokowi ke Gugus Tugas Covid-19
"Jika ada yang batuk darah dan mengalami perubahan akut dan progresif pada gejala, mereka harus mencari perawatan medis terlepas dari jumlah darah yang keluar saat batuk," kata Dr. Cosgrove.
Batuk darah pada beberapa pasien Covid-19 Perlu dicatat, hemoptisis hanya dilaporkan pada sejumlah kecil pasien Covid-19 dan bukan gejala utama. "Biasanya infeksi Covid-19 menyebabkan batuk, produksi dahak, dan sesak napas," kata Charles S. Dela Cruz, MD, PhD, ahli paru Yale Medicine dan profesor kedokteran dan patogenesis mikroba seperti dilansir dari Health.