kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Epidemiolog: Vaksinasi dosis ketiga baiknya diprioritaskan pada lansia dan nakes


Kamis, 26 Agustus 2021 / 11:30 WIB
Epidemiolog: Vaksinasi dosis ketiga baiknya diprioritaskan pada lansia dan nakes


Reporter: Amanda Christabel | Editor: Tendi Mahadi

“Harvard pernah melakukan studi itu. Semua sama hasilnya, memprioritaskan usia di atas 60 tahun, dan itu paling signifikan menyelamatkan banyak nyawa. Karena usia adalah predictor paling kuat untuk melihat, menghitung, dan mengukur kerawanan atau risiko. Ini yang akhirnya terbukti. Apalagi kalau lansianya memiliki komorbid, inilah yang semakin meningkatkan risiko kerawanannya,” ujar Dicky.

Itulah sebabnya, Dicky menegaskan, memprioritaskan lansia menjadi sangat penting dan keberpihakan kepada target juga harus terlihat bukan hanya dalam perencanaan, tapi juga dalam narasi pemerintah, dan dalam aksi yang nyata dari pemerintah.

“Bisa kita prediksi kematian yang besar dari pasien isoman dan di masyarakat itu adalah lansia. Setidaknya usia di atas 50 tahun itu banyak sekali. Oleh karena itu, sekali lagi kita harus meluruskan fokus strategi ini, dan ini semua semata berbasis sains. Tidak bisa kalau hanya mengandalkan analisa yang sifatnya berbasis kepentingan ekonomi dan sosial,” pungkasnya.

Ketika vaksinasi ini ditargetkan mencakup pada golongan di atas 60 tahun itu bisa menurunkan angka kematian sampai 23%. Angka ini, untuk populasi sebesar Indonesia, sama dengan puluhan ribu orang yang bisa diselamatkan dalam kurun waktu sekitar 10-12 minggu.

Dicky juga bilang, kematian bukan hanya masalah hilangnya nyawa begitu saja. Namun, akan ada dari sekian orang yang terenggut nyawanya itu mungkin menjadi tulang punggung bagi keluarganya.

“Inilah dampak ikutan yang banyak sekali, baik secara sosial dan ekonomi. Jadi, bicara kematian itu bicara dampak masa kini dan masa depan. Sekali lagi, ketika ini tidak bisa kita hindari, kematian yang terus tinggi akan menurunkan tingkat kepercayaan, rasa aman, rasa nyaman. Sehingga timbul dampak kepanikan, yang tentu kontraproduktif dengan upaya pengendalian,” tutupnya.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: UPDATE Corona Indonesia, per 25 Agustus: Tambah 18.671 kasus baru, jangan lupa masker

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×