Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Sering duduk merupakan kebiasaan sehari-hari yang sulit dihindari, khusunya bagi orang-orang di perkotaan. Pekerja kantoran misalnya, dalam sehari bisa duduk selama 6-8 jam. Bermain game, terlalu lama menggunakan gadget juga menggunakan waktu berjam-jam untuk duduk.
Apalagi, saat ini semua serba mudah dan praktis. Seseorang bisa berbelanja hingga makan hanya dengan memesan secara online.
Terlalu lama duduk sehingga kurang bergerak aktif selama ini dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas, diabetes, jantung, hingga stroke.
Dokter spesialis kedokteran olahraga, Andi Kurniawan mengungkapkan, peningkatan risiko berbagai penyakit itu telah dibuktikan dalam sejumlah penelitian.
"Banyak duduk enggak bagus. Sesaat setelah duduk, aktivitas elektrik di otot kaki berhenti," terang Andi dalam acara jumpa pers gerakan #CelebrateHealth Combiphar di Jakarta, Jumat (26/2).
Andi mengungkapkan, semakin lama duduk, risiko terkena penyakit pun semakin tinggi. Untuk itu, Andi mengajak setiap orang untuk aktif bergerak setidaknya setiap dua jam sekali.
"Setelah dua jam hanya duduk saja, tingkat HDL (Kolesterol baik) turun 20%," ungkap Andi.
Gaya hidup kurang aktif sangat merugikan kesehatan bahkan menurunkan usia harapan hidup seseorang. Gaya hidup kurang aktif menjadi ancaman kesehatan di seluruh dunia seiring berkembangnya teknologi.
Bergerak aktif, lanjut Andi bisa dilakukan mulai dari hal-hal kecil, seperti memilih naik tangga dibanding lift saat di kantor, memarkir mobil lebih jauh dari kantor, hingga membeli sendiri makanan atau tidak meminta tolong office boy.
Selain itu, rutinlah olahraga minimal 150 menit per minggu atau 30 menit per hari. Selain menyehatkan secara fisik, olahraga juga dapat mengurangi stres karena olahraga merangsang produksi hormon endorfin. (Dian Maharani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News