kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.889   41,00   0,26%
  • IDX 7.204   63,03   0,88%
  • KOMPAS100 1.106   10,86   0,99%
  • LQ45 878   11,63   1,34%
  • ISSI 221   0,93   0,42%
  • IDX30 449   6,38   1,44%
  • IDXHIDIV20 540   5,74   1,07%
  • IDX80 127   1,43   1,14%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,74   1,18%

Bisa meningkatkan daya tahan tubuh, seberapa ampuh vitamin D cegah Covid-19?


Sabtu, 17 April 2021 / 05:54 WIB
Bisa meningkatkan daya tahan tubuh, seberapa ampuh vitamin D cegah Covid-19?
ILUSTRASI. Bisa meningkatkan daya tahan tubuh, seberapa ampuh vitamin D cegah Covid-19?


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

Kadar vitamin D yang rendah dikaitkan dengan peningkatan sitokin (protein yang bertanggung jawab atas terjadinya peradangan) dan tingkat sel kekebalan pelindung yang rendah, menurut Marvasti. Sebuah studi yang melibatkan 489 pasien menemukan risiko dari hasil tes positif Covid-19 adalah 1,77 kali lebih besar pada pasien yang kekurangan vitamin D, dibandingkan pasien yang memiliki vitamin D memadai.

Studi itu dimuat ke dalam jurnal JAMA Network Open pada bulan September 2020. "Itu sangat mengejutkan," ujar Dr David Meltzer dari University of Chicago, penulis utama studi itu. Dalam studi lainnya, Meltzer menemukan orang berkulit hitam dengan tingkat vitamin D yang tinggi lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi Covid-19 ketimbang orang dengan tingkat vitamin D yang cukup.

Adapun studi kecil terkait pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 di Spanyol. Berdasarkan studi tersebut, ditemukan lebih dari 80 persen orang kekurangan vitamin D dibandingkan 47 persen populasi umum.

Namun, tidak ditemukan hubungan antara kadar vitamin D dan tingkat keparahan penyakit.

Tidak ada kesimpulan yang pasti

Sebagian peneliti mempertanyakan hasil studi yang memperlihatkan hubungan antara vitamin D dan Covid-19. Pasalnya, sebagian besar studi merupakan studi observasional, bukan uji coba terkontrol secara acak. Banyak dari bukti penelitian yang ditemukan hanya menunjukkan hubungan, bukan penyebab.

Bahkan hasilnya juga beragam, kata Walter Willett, profesor nutrisi dan epidemiologi di Harvard TH Chan School of Public Health. "Akan menjadi sesuatu yang jelas jika kita memiliki bukti yang sangat konsisten, tetapi studi-studi itu hanya menunjukkan beberapa manfaat atau tidak ada manfaatnya sama sekali," kata Willett.

Para peneliti di Yunani belum lama ini menyimpulkan kekurangan vitamin D tidak terkait secara signifikan dengan infeksi, pemulihan, atau tingkat kematian akibat Covid-19 di negara-negara Eropa. Lalu, pada bulan Desember, departemen kesehatan Inggris menyarankan masyarakat agar tidak semata-mata mengonsumsi vitamin D untuk mencegah atau mengobati Covid-19.

Dr Erin Michos dari Johns Hopkins School of Medicine mengatakan sulit untuk mengetahui apakah kadar vitamin D yang rendah dapat menyebabkan orang tersebut rentan terinfeksi Covid-19 atau tidak. "Ini mungkin hanya menjadi penanda kesehatan yang buruk dan bukan sesuatu yang dapat diintervensi untuk mencegah Covid-19," sambung Michos yang sudah 15 tahun memelajari vitamin D.

Vitamin D tidak benar-benar mengobati Covid-19 Penelitian tentang penggunaan vitamin D sebagai terapi pada orang yang terinfeksi virus corona menghasilkan data yang sedikit lebih berkualitas. Namun, hasilnya tidak konsisten.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×