Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Mengutip Healthline, minyak yang diekstrak dari biji ketumbar dapat mempercepat dan meningkatkan pencernaan yang sehat. Dalam suatu studi tentang manfaat ketumbar berlangsung selama 8 minggu pada 32 orang dengan sindrom iritasi usus besar (IBS).
Orang-orang tersebut diberikan 30 tetes obat herbal yang mengandung ketumbar dan diminumkan sebanyak 3 kali sehari.
Studi itu menemukan secara signifikan bahwa ketumbar dapat mengurangi sakit perut, kembung, dan ketidaknyamanan pencernaan, dibandingkan dengan kelompok orang yang hanya diberi plasebo.
Ekstrak ketumbar digunakan sebagai perangsang nafsu makan dalam pengobatan tradisional Iran. Suatu studi pada tikus mencatat bahwa ekstrak rempah itu dapat meningkatkan nafsu makan, dibandingkan dengan tikus lainnya.
Mengutip NDTV Food, Amol Ghosh, Clinical Tutor (Rtd), NRS Hospial, Kolkata mengatakan, "Jika Anda mengalami gangguan pencernaan, coba tambahkan biji ketumbar ke dalam makanan Anda. Anda pasti akan melihat perbedaannya."
Baca Juga: Hangat dan nikmat! Ini manfaat jahe merah untuk kesehatan
6. Meningkatkan kesehatan jantung
Mengutip Healthline, beberapa penelitian pada hewan dan tabung percobaan menunjukkan bahwa manfaat biji ketumbar dapat menurunkan faktor risiko penyakit jantung, seperti tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol LDL (jahat).
Ekstrak ketumbar dapat bertindak sebagai diuretik, yaitu membantu tubuh manusia membuang kelebihan natrium dan air. Hal tersebut dapat menurunkan tekanan darah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketumbar dapat membantu menurunkan kolesterol juga.
Sebuah studi menemukan bahwa tikus yang diberi biji ketumbar mengalami penurunan kolesterol LDL (jahat) yang signifikan dan peningkatan kolesterol HDL (baik).
Selain itu, banyak orang menemukan bahwa makan rempah-rempah pedas dan rempah-rempah seperti ketumbar membantu mereka mengurangi asupan natrium, yang dapat meningkatkan kesehatan jantung.
Dalam populasi yang mengonsumsi ketumbar dalam jumlah besar tingkat penyakit jantung cenderung lebih rendah, dibandingkan dengan orang-orang yang menjalani pola makan Barat (yang menggunakan lebih banyak garam dan gula).