Reporter: Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Penggunaan masker scuba sempat menjadi tren di masyarakat untuk mencegah penularan virus corona. Namun, belakangan ini penggunaan masker scuba dilarang di sejumlah lokasi tertentu.
Larangan penggunaan masker scuba antara lain berlaku di kereta rel listrik ( KRL) Jabodetabek. Manajemen PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI) mewajibkan penumpang mengenakan masker selama naik dilarang di KRL, tapi bukan masker scuba atau masker buff. Alasannya, masker kain 1 lapis itu tidak efektif mencegah penularan virus corona.
Himbauan ini sesuai dengan hasil penelitian tentang masker oleh Duke University. Berdasarkan situs resmi Duke University, hasil penelitian tersebut dipublikasikan pada awal Agustus 2020. Selain masker scuba, penelitian ini juga menyebut masker buff tidak efektif mencegah penyebaran virus corona.
Penelitian ini mengukur efektivitas 14 jenis masker dan penutup wajah dalam mencegah penularan virus corona. Penelitian masker tersebut menggunakan alat untuk melacak partikel yang keluar dari mulut seseorang saat mengucapkan kalimat "Tetap sehat, semuanya" ketika mengenakan masker.
Baca juga: Inilah 7 makanan untuk penderita penyakit ginjal yang mudah didapatkan
Setiap masker dilakukan penelitian dengan kalimat yang sama sebanyak 10 kali. Hasilnya, tidak ada partikel yang berhasil menembus dari masker N95, masker bedah, dan masker kain 2 lapis atau 3 lapis.
Sedangkan pada penggunaan masker kain 1 lapis seperti masker scuba, bandana, atau masker buff, partikel berhasil menyembur keluar dari mulut. Bahkan, semburan partikel tersebut lebih banyak dibandingkan tidak menggunakan masker apapun.
Para peneliti menganalisa, pori-pori pada masker kain 1 lapis menyebabkan partikel terpecah menjadi ukuran kecil yang bisa tertinggal lebih lama di udara. "Menggunakan masker adalah cara mudah dan sederhana untuk mencegah penyebaran virus corona, tapi kita tidak boleh sembarangan memilih masker," kata Eric Westman, dokter dari Departemen Kesehatan Duke University yang terlibat dalam penelitian itu.
Menurut Eric, penggunaan masker yang salah seperti masker buff atau scuba malah memperparah penyebaran virus corona. "Jadi, apa yang disebut lebih baik memakai daripada tidak sama sekali itu tidak benar," ujar Eric.
Hasil penelitian efektivitas masker oleh Duke University
Baca juga: Indonesia terancam resesi, ini tips ubah kebiasaan konsumtif agar dompet tetap sehat
Nomor & Jenis Masker | Deskripsi | Efektivitas perlindungan terhadap droplet |
1. Masker bedah | Masker bedah 3 lapis | 90% |
2. N95 berkatub | N95 dengan katub udara | 80% |
3. Rajutan | Masker rajutan | 60% |
4. Polyprop | Masker polupropylene 2 lapis | 90% |
5. Poly/katun | Masker katun-polypropylene-katun | 95% |
6. MaxAT | Masker kain 1 layer | 70% |
7. Katun 2 | Masker kain katun 2 lapis dengan lipatan | 89% |
8. Katun 4 | Masker kain katun 2 lapis tanpa lipatan | 89% |
9. Katun 3 | Masker kain katun dengan lipatan | 60% |
10. Katun 1 | Masker kain katun satu lapis dengan lipatan | 75% |
11. Masker buff | Masker kain 1 lapis dari bahan spandex/poliester | - |
12. Bandana | Bandana/sapu tangan | 40% |
13. Katun 5 | Masker kain katun dua lapis dengan lipatan | 85% |
14. N95 biasa | Masker N95 tanpa katub udara | 100% |
Sumber: advances.sciencemag.org
Namun ingat, pakai masker hanyalah salah satu protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona. Masih ada protokol kesehatan lain untuk mencegah penularan corona, yakni menjaga jarak dan mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun
Selanjutnya: Promo Hari Hari KJSM 8-11 Oktober, banyak gratisan dan diskon hingga 50%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News