kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Begini kisah para penyintas Covid-19 yang mengalami long covid


Kamis, 25 Maret 2021 / 10:20 WIB
Begini kisah para penyintas Covid-19 yang mengalami long covid


Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19, para penyintas covid memiliki risiko untuk mengalami masalah kesehatan jangka panjang atau yang dalam dunia medis disebut long covid.  

Kondisi long covid, membuat para penyintas covid-19, masih merasakan berbagai gejala penyakit, baik itu gejala ringan maupun gejala berat. Seperti batuk, gampang lelah, sesak napas, sakit perut, dan gejala lainnya yang mungkin dialami para eks penderita Covid-19.

Berdasarkan catatan Kontan.co.id, sebanyak 5%-20% eks penderita covid-19, dapat mengalami long covid selama lebih dari empat pekan. Kondisi tersebut, salah satunya dialami oleh seorang karyawan swasta bernama Gandabhaskara Saputra (35).

Pria yang akrab disapa Ganda ini mengaku, merasakan gejala perih pada lambung selama tiga pekan, setelah dia dinyatakan negatif, lewat hasil test PCR pada bulan Februari lalu.

“Gejala yang masih saya rasakan adalah terdapat pada lambung saya, menurut keterangan dokter gejala ini normal dirasakan oleh pasien covid meski sudah negatif, karena virus nya bisa menyerang organ lain seperti paru-paru, ginjal, jantung, dan lain-lain,” ucap Ganda kepada Kontan, Rabu (24/3).

Baca Juga: Sinovac klaim sebut vaksin Covid-19 miliknya aman untuk anak berusia 3 tahun

Ganda bercerita, nyeri lambungnya tersebut, diakuinya telah dirasakan sejak hari pertama dia mendapatkan hasil tes PCR negatif. Nyeri yang ditimbulkan pun frekuensinya terbilang cukup sering, hingga sempat mengganggu aktivitas Ganda pasca sembuh dari Covid-19.

“Frekuensi nya terus menerus ketika saya terjaga, kecuali ketika saya tidur di malam hari gejalanya mereda, mungkin karena telah mengkomsumsi obat,” terangnya.

Ketika pertama kali merasakan gejala tersebut, Ganda mengaku cukup khawatir, lantaran efek perih yang ditimbulkan tidak kunjung hilang.  Namun, seiring berjalannya waktu, gejalanya pun semakin berkurang hingga akhirnya hanya datang sesekali saja.

Selama tiga pekan mengalami long covid, Ganda melakukan perawatan kesehatan secara mandiri, yakni dengan mengonsumsi obat-obatan herbal, guna mengurangi rasa nyeri pada lambungnya. Selain itu, dia juga mulai mengubah pola kebiasaan yang dinilai  dapat memicu nyeri pada lambungnya, seperti mengurangi asupan kopi juga makanan pedas.

“Saya biasanya setiap pagi pasti minum kopi dan bisa tiga kali sehari. Sekarang sudah tidak meminum kopi lagi, mungkin hanya sekali dalam satu minggu. Juga mengurangi konsumsi makanan pedas untuk menjaga lambung,” jelas Ganda.

Hingga kini, Ganda tidak pernah absen dari multivitamin juga tetap mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan. Hal itu Ganda dilakukan sebagai langkah preventif untuk menghindari dampak Covid-19 lainnya di kemudian hari. “Sehingga hal yang ditakutkan seperti kebal antibodi terhadap vaksin tidak terjadi pada saya nanti,” pungkasnya.

Tak hanya Ganda, kondisi long covid juga dialami oleh pegawai swasta yang juga seorang ibu rumah tangga bernama Dewi Rachilia (50). Wanita asal Bekasi ini bercerita, di awal sembuh dari Covid-19 dia merasakan gejala cepat lelah yang dianggapnya tidak wajar.

“Begitu keluar (dari wisma atlet), itu baru ke depan rumah untuk nyiram tanaman aja itu saya lemes banget,” ungkap Dewi saat dihubungi Kontan, Rabu (24/3).

Kondisi yang dialami Dewi, diakuinya cukup mengganggu aktivitas yang dijalani. Lantaran, gejala tersebut bisa muncul, bahkan ketika Dewi melakukan aktivitas fisik yang ringan, seperti menyiram tanaman di halaman depan rumahnya. “Mungkin sampai sekarang yang masih cukup mengganggu itu mudah capek banget,” tambahnya.

Tak hanya cepat lelah, Dewi pun mengaku cukup sering mengalami gejala pusing. Namun, Dewi menilai kondisi pusingnya tersebut tidak separah, seperti pada saat Dewi terpapar Covid-19. “Tapi pusingnya itu kategorinya tidak membuat sampai tidak bisa bangun. Cuman pusingnya masih normal, diminumin paracetamol masih oke,” lanjutnya.

Asal tahu saja, selama terpapar Covid-19, Dewi juga mengalami kondisi kepala yang sangat pusing, hingga dia tidak sanggup beranjak dari tempat tidur selama berhari-hari. Kondisi tersebut disebabkan oleh penyakit bawaan yang dimilikinya, yaitu darah tinggi. Hal itu membuat tensi darah Dewi tidak normal, hingga menimbulkan kondisi pusing yang cukup parah.

Dewi mengatakan, dirinya tidak melakukan penanganan khusus selama mengalami long covid. Sebab, jauh sebelum dia dinyatakan sembuh, para dokter yang menanganinya, telah memberikan edukasi terkait efek-efek yang akan ditimbulkan pasca sembuh dari Covid-19. Jadi, dia hanya melakukan perawatan ringan saja, yang bisa dilakukan dari rumah.

“Jadi antisipasinya ya tetap, kalau untuk lelah vitamin tidak boleh lepas ya. Saya itu sampai keluar dari rumah sakit vitamin C, D, dan E itu masih tetap dikonsumsi supaya gak lelah,” kata Dewi.

Sebenarnya, Dewi juga mengalami gejala lain pasca sembuh dari Covid-19, yakni batuk. Gejala batuk tersebut, hanya dialami Dewi selama sepekan.Yakni satu hari sejak Dewi kembali pulang ke rumah, setelah sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Wisma Atlet Kemayoran selama 10 hari. “Lama banget efeknya itu, akhirnya harus berobat juga. Obat batuk juga dikonsumsi,” ungkapnya.

Diakui Dewi, dua gejala long covid yang dialaminya masih dirasakan hingga saat ini. Namun, frekuensinya memang sudah tidak sesering dulu, pada saat dia baru saja dinyatakan sembuh dari Covid-19. Untuk menjaga staminanya agar tetap prima, Dewi tetap rutin mengonsumsi multivitamin. Selain itu, pola hidup sehat juga tetap dijalani Dewi meskipun telah dinyatakan bebas dari Covid-19. 

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Perluasan PPKM mikro didasari perkembangan penanganan pandemi di pulau Jawa - Bali

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×