kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Beberapa Mitos dan Fakta Tentang Bahan yang Terkandung dalam Cairan Vape


Sabtu, 23 April 2022 / 19:54 WIB
Beberapa Mitos dan Fakta Tentang Bahan yang Terkandung dalam Cairan Vape
ILUSTRASI. Seseorang sedang menggunakan vape


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seperti yang diketahui bahwa rokok elektrik bukanlah produk tanpa risiko, namun jika dibandingkan dengan rokok konvensional, vape lebih tidak berbahaya.

Bagi yang ingin berhenti kebiasaan merokok, vape dapat menjadi salah satu alternatif untuk pindah bahkan berhenti merokok. Namun jika Anda bukan perokok, maka tidak disarankan untuk menggunakan vape.

Sayangnya, pemberitaan tentang rokok elektrik menimbulkan kontroversi di kalangan publik dan media. Melansir pada laman UK Health Security Agency, berikut mitos dan fakta seputar rokok elektrik.

1. 'Paru-paru popcorn'

Secara detil istilah ini dapat dijelaskan sebagai jaringan parut pada kantung udara kecil di paru-paru yang mengakibatkan penebalan dan penyempitan saluran udara. Ini terjadi karena beberapa perasa yang digunakan dalam e-liquid untuk memberikan rasa mentega mengandung bahan kimia diacetyl, yang pada tingkat paparan yang sangat tinggi telah dikaitkan dengan penyakit paru-paru serius bronkiolitis obliterans.

Baca Juga: Dukungan untuk Perokok Dewasa Agar Beralih ke Produk Tembakau Alternatif

Namun, diacetyl dilarang sebagai bahan dari e-rokok dan e-liquid di banyak negara di seluruh dunia, dan biasanya hanya ditemukan di vape palsu atau ilegal. Meskipun begitu, kandungan diacetyl pada tingkat ratusan kali masih beresiko lebih rendah daripada asap rokok. Bahkan pada tingkat ini, merokok bukanlah faktor risiko utama untuk penyakit langka ini.

2. Nikotin penyebab kanker

Empat dari 10 perokok dan mantan perokok salah mengira bahwa nikotin adalah penyebab kanker terbesar, padahal bukti menunjukkan nikotin sebenarnya membawa risiko bahaya yang minimal bagi kesehatan. Nikotin sebenarnya adalah zat alami yang ditemukan di banyak produk termasuk dalam tomat. Meskipun nikotin adalah alasan orang menjadi kecanduan merokok, ribuan bahan kimia lain yang terkandung dalam asap rokok lah yang  menyebabkan hampir semua bahaya akan kanker.

Uap rokok elektrik tidak mengandung tar atau karbon monoksida, dua elemen paling berbahaya dalam asap tembakau. Selain itu, uap rokok elektrik mengandung beberapa bahan kimia lainnya, tetapi pada tingkat yang jauh lebih rendah.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×