kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Banyak disajikan saat Lebaran, benarkah masakan bersantan bisa sebabkan hipertensi?


Sabtu, 23 Mei 2020 / 13:27 WIB
Banyak disajikan saat Lebaran, benarkah masakan bersantan bisa sebabkan hipertensi?
ILUSTRASI. Pedagang takjil menjajakan dagangannya berupa hidangan untuk berbuka puasa di lahan kosong sebelah tempat penampungan sementara Pasar Bendungan Hilir (Benhil), Jakarta, Senin (5/6/2017). Pasar Ramadhan ini mulai buka sekitar pukul 11.00 sampai dengan buka


Sumber: Kompas.com | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Santan sering kali dimanfaatkan sebagai bahan campuran untuk membuat berbagai jenis makanan. Penggunaan air perahan kepala yang sudah dikukur ini memang dikenal bisa meningkatkan cita rasa masakan sehingga terasa lebih gurih dan nikmat. 

Untuk makanan ringan, santan di antaranya bisa dimanfaatkan untuk membuat kukis, puding, ataupun roti. Bahan makanan ini juga bisa disajikan sebagai bahan campuran untuk membuat minuman es buah yang segar. 

Baca Juga: Di tengah wabah corona, amankah makanan yang dipesan lewat layanan antar?

Tak hanya itu, sudah menjadi pengetahuan bersama, santan kerap pula dipakai sebagai bahan campuran untuk memasak sayur atau makanan berat. Di suasana Lebaran sendiri, santan sering kali ditemui dalam menu masakan khas hari raya tersebut, seperti opor ayam atau rendang daging. 

Namun, karena dianggap dapat menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi, makanan itu terpaksa dihindari oleh sebagian orang. Apakah Anda termasuk yang demikian? 

Benarkah masakan bersantan bisa sebabkan hipertensi? 
Berbahaya saat dipanaskan berulang kali Melansir Buku Hipertensi Bukan untuk Ditakuti (2014) oleh Yunita Indah Prasetyaningrum, S.Gz, anggapan mengenai mengonsumsi masakan bersantan bisa menyebabkan hipertensi, tidak sepenuhnya keliru. Masakan bersantan memang sebaiknya dihindari, khususnya bagi siapa saja yang telah menderita hipertensi. 

Selain bersantan, masakan khas Indonesia biasanya tinggi lemak dan kolesterol. Saat santan dikonsumsi dalam bentuk segar, misalnya diperas menggunaan air hangat sebenarnya tidak masalah bagi kesehatan. 

Baca Juga: Ini makanan yang harus dihindari penderita asam urat

Tapi, saat dihangatkan dan minyak dalam masakan diolah berkali-kali, seperti direbus atau digoreng, maka minyak tersebut bisa berubah menjadi lemak trans atau lemak jenuh yang berbahaya bagi tubuh dan saluran pembuluh darah. 

Hal inilah yang seringkali menyebabkan kenaikan tekanan darah. Apalagi, kebiasaan masyarakat Indonesia yang sering menghangatkan masakan bersantan hingga beberapa kali. 




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×