Sumber: Washington Post,Bloomberg | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cara diet dengan mengatur waktu makan yang dikenal dengan intermittent fasting, alias puasa intermittent kini menjadi tren sejumlah masyarakat yang ingin melakukan diet.
Namun puasa intermittent kembali menjadi perhatian karena berdasarkan penelitian terbaru, cara diet seperti ini kurang memberikan hasil maksimal bagi kesehatan, bahkan menimbulkan risiko tinggi terhadap penderita penyakit jantung.
Sekadar mengingat kembali puasa intermiten alias intermittent fasting adalah ketika seseorang mengatur asupan kalori dalam tubuh dengan cara hanya makan pada waktu-waktu tertentu dalam sehari
Cara diet ini semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Namun kini sebuah penelitian baru di China cukup mengejutkan.
Baca Juga: Dipakai Buat Diet, Ternyata Ini 5 Manfaat Intermitten Fasting Untuk Kesehatan
Sebab penelitian menunjukkan bahwa mungkin ada alasan bagi penganut intermittent fasting untuk berhati-hati. Penelitian tersebut menemukan bahwa orang yang berpuasa secara berkala lebih mungkin bisa meninggal karena penyakit jantung.
Hasil penelitian ini dirilis oleh American Heart Association pada Senin di Chicago pada Senin (18/3). Abstraksi atau kesimpulan dari hasil penelitian ini dipresentasikan pada pertemuan AHA's Lifestyle Scientific Sessions di Chicago.
Studi tersebut menganalisis data tentang kebiasaan makan 20.000 orang dewasa di seluruh Amerika Serikat yang diikuti dari tahun 2003 hingga 2018.
Penelitian menemukan bahwa orang yang mengikuti pola makan intermittent fasting yakni mengkonsumsi makan hanya delapan jam sehari, memiliki risiko 91 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit jantung, dibandingkan dengan orang yang menjalani pola makan mengikuti pola diet yang lebih tradisional, yaitu mengonsumsi makanan selama 12 hingga 16 jam setiap hari.
Baca Juga: 5 Manfaat Intermitten Fasting, Diet Sehat dan Populer
Para ilmuwan menemukan bahwa peningkatan risiko meninggal bagi penganut intermittent fasting ini juga berlaku pada orang-orang yang sudah menderita penyakit kronis atau kanker.
Hasil penelitian menemukan, orang dengan penyakit kardiovaskular yang mengikuti pola makan terbatas intermittent fasting memiliki risiko 66 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit jantung atau stroke.
Sementara itu, mereka yang menderita kanker lebih mungkin meninggal karena penyakit tersebut jika mereka mengikuti pola makan yang dibatasi waktu dibandingkan dengan penderita kanker yang mengikuti durasi makan setidaknya 16 jam sehari.
Victor Wenze Zhong, penulis utama dan ketua departemen epidemiologi dan biostatistik. di Fakultas Kedokteran Universitas Shanghai Jiao Tong di China mengingatkan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang melakukan puasa intermiten dalam jangka waktu lama, terutama mereka yang memiliki penyakit jantung atau kanker, harus “sangat berhati-hati.
Baca Juga: Tidak Hanya untuk Diet, Ini 9 Manfaat Intermitten Fasting untuk Kesehatan
Ia menyebut berdasarkan bukti penelitian yang ada saat ini, diet dengan cara fokus pada apa nutrisi yang dimakan tampaknya lebih penting, daripada fokus pada waktu mereka untuk makan.
Zhong mengatakan bahwa dia dan rekan-rekannya melakukan penelitian baru ini karena mereka ingin melihat bagaimana makan dalam porsi kecil, setiap hari akan berdampak pada “titik akhir yang sulit”, seperti penyakit jantung dan kematian. Bahkan ia mengaku bahwa anggota tim peneliti terkejut dengan temuan mereka.
Sebab semula mereka memperkirakan bahwa penerapan pola makan delapan jam dalam jangka panjang yang dikaitkan dengan risiko kematian kardiovaskular yang lebih rendah, dan bahkan semua penyebab kematian.