kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

APPNIA Jelaskan Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk dan Solusi Penangannya


Kamis, 15 Februari 2024 / 12:32 WIB
APPNIA Jelaskan Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk dan Solusi Penangannya
ILUSTRASI. Pemerintah terus berupaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak serta mencegah stunting. Salah satunya dengan mendistribusikan alat ultrasonography (USG) untuk membantu pemeriksaan kehamilan ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai upaya deteksi dini.


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof. Hardiansyah juga mendukung urgensinya pemberian protein hewani terhadap penurunan angka stunting.

Beliau mengatakan bahwa gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan menjadi salah satu penyebab utama anak lahir stunting, salah satunya karena komponen gizi.

“Ini bukti pemberian telur satu butir satu hari pada anak setelah pemberian ASI eksklusif itu menurunkan risiko stunting,” ujar Hardiansyah.

Menurut Vera, selain pemberian protein hewani, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting pada anak, diantaranya mempersiapkan dan memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, dengan rutin minum Tablet Tambah Darah dan mengkonsumsi gizi seimbang kaya protein hewani selama kehamilan.

Kemudian, memberikan ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan MPASI yang kaya protein hewani untuk bayi usia diatas 6 bulan, terus memantau perkembangan anak dan membawa si Kecil ke Posyandu secara berkala, dan menjaga kebersihan lingkungan.

Baca Juga: Ditanya Prabowo Soal Makan Siang Gratis Untuk Stunting, Ini Kata Ganjar

APPNIA sendiri berkomitmen terus mendukung program pemerintah dalam menangani stunting. Dari sisi industri, pihaknya sudah memberikan ketersediaan layanan dan akses terhadap bahan pangan bergizi yang berkualitas dan berbasis sains.

"Visi dan misi APPNIA sendiri adalah untuk membantu peningkatan status gizi masyarakat khususnya ibu dan anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan," kata dia.

Caranya, yakni melalui layanan dan akses terhadap bahan pangan bergizi dan berkualitas dengan tetap mendukung program pemerintah.

Termasuk program penurunan prevalensi stunting, melalui berbagai program berkelanjutan yang sesuai dengan etika usaha.

Masalah stunting ini tidak bisa dianggap sebelah mata. Sebab, berpotensi memperlambat perkembangan otak anak dan meningkatkan risiko penyakit kronis di kemudian hari, seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi.

Baca Juga: Cegah Kematian Ibu dan Stunting melalui Deteksi Kelainan Secara Dini

Vera mengatakan APPNIA akan terus mendukung pemenuhan gizi di Indonesia untuk mencapai visi Generasi Emas 2045. Generasi emas ini akan menjadi kekuatan utama bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar dan maju di tahun 2045.

Menurut dia, semua pasti menyadari dan mengalami betapa pencapaian visi ini mengalami tantangan yang luar biasa dan sangat tidak mudah. Sehingga, masyarakat harus berupaya mendukung pertumbuhan manusia Indonesia menjadi seutuhnya.

"Dan itu membutuhkan persyaratan, salah satunya pemenuhan gizi yang optimal pada anak," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×