Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022 angka stunting di Indonesia berada di 21,6 persen. Jumlah tersebut terbilang cukup tinggi bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga.
Sementara Gizi buruk adalah kondisi saat anak tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup. Gizi buruk atau malnutrisi, merupakan kondisi serius ketika asupan makan anak tidak sesuai dengan nutrisi yang diperlukan.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (APPNIA) Vera Galuh Sugijanto menyampaikan, penyebab utama gizi buruk adalah kekurangan asupan makanan yang bernutrisi sesuai kebutuhan masing-masing kelompok usia anak.
"Selain itu, gizi buruk juga sering disebabkan oleh gangguan penyerapan nutrisi akibat penyakit kronis, misalnya diare kronis atau TBC," ucap Vera dalam siaran persnya, Kamis (15/2).
Dan pada balita jika gizi kurang dan gizi buruk tidak segera diintervensi dengan adekuat, maka anak akan dapat jatuh pada kondisi stunting.
Baca Juga: Perbaiki Kesehatan di Indonesia, Kemenkes Kerjasama dengan KADIN Indonesia
Karena itu, orang tua harus selalu memantau tumbuh kembang anak, khususnya dari tinggi dan berat badan. Orang tua bisa memeriksakan anak secara berkala ke pelayanan kesehatan yang terjangkau seperti Posyandu.
Dengan memeriksakan anak, ibu pun akan lebih mudah mengetahui gejala awal gangguan dan penanganan masalah kesehatan pada anak.
Berdasarkan data Kemenkes, indikator stunting terdiri dari Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih kecil untuk usianya, Berat badan rendah untuk anak seusianya, dan Pertumbuhan tulang tertunda
Sementara Indikator Gizi Kurang/Gizi Buruk, ditandai dengan tubuh anak tampak sangat kurus, wajah keriput, kulit kering, perut tampak buncit, sering lemas dan tidak aktif bermain, gangguan tumbuh kembang, rambut mudah rontok dan tampak kusam, dan pembengkakan (edema) di tungkai.
Ditegaskan Vera, gizi buruk berbeda dengan stunting. Gizi buruk ditandai dengan badan anak yang terlalu kurus dibandingkan tinggi badannya.
Baca Juga: Penyebab Baby Blues pada Ibu Pasca Melahirkan, Gejala, dan Cara Mencegah Baby Blues
Sedangkan stunting ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya. Namun yang menyamakan adalah bahwa keduanya bermula dari defisiensi nutrisi.
Stunting disebabkan oleh defisiensi nutrisi yang terjadi dalam jangka waktu lama atau berulang di 1000 Hari Pertama Kehidupan anak.
Penanganan stunting harus dimulai sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan tersebut, dan pencegahan sejak dalam kandungan. Sementara penyebab gizi buruk terjadi ketika anak tidak mendapatkan asupan gizi yang baik berapapun usianya.
Untuk mengatasi defisiensi nutrisi dan mencegah stunting, Kementerian Kesehatan, telah mempromosikan kampanye “Protein Hewani Cegah Stunting” sejak diluncurkan pada Hari Gizi Nasional ke-63 pada tahun 2023.
“Perlu diketahui bahwa protein hewani adalah salah satu instrumen gizi penting yang dibutuhkan oleh ibu hamil guna mencegah stunting pada anak, hal ini dikarenakan pangan hewani mempunyai kandungan zat gizi yang lengkap, kaya protein, mineral, dan vitamin yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan,” ucap Vera .
Baca Juga: Apa Beda Stunting dan Gizi Buruk? Ini Ciri-ciri, Dampak, dan Cara Mencegah Stunting