kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aplikasi aido health, bawa layanan kesehatan ke rumah


Jumat, 05 Februari 2021 / 19:09 WIB
Aplikasi aido health, bawa layanan kesehatan ke rumah
ILUSTRASI. Di tengah pandemi corona, Aido Health luncurkan layanan kesehatan terintegrasi.


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Khomarul Hidayat

Jyoti menjelaskan, pengguna bisa mengakses layanan telekonsultasi atau rawat jalan online dari setiap wilayah, namun untuk berbagai perawatan di rumah (homecare) masih mencakup Jabodetabek. Jyoti pun mengatakan ke depannya pihaknya akan terus meningkatkan kerjasama dengan fasilitas kesehatan lain di Indonesia.

"Kami berharap bisa bermitra dengan rumah sakit di setiap kota dan provinsi, sehingga semakin banyak masyarakat Indonesia bisa dengan mudah memiliki akses layanan kesehatan berkualitas di rumah," ujar Jyoti.

Sementara itu, sejauh ini sudah terdapat 50.000 pengguna yang melakukan registrasi ke aido health. Ditargetkan hingga akhir 2021, terdapat 500.000 pengguna yang akan melakukan registrasi. Jyoti juga melihat terdapat peningkatan pengguna semenjak adanya Covid-19.

Penggunaan layanan di aido health cukup mudah. Bila ingin melakukan telekonsultasi, pengguna tinggal memilih rumah sakit yang dituju, memilih dokter yang diinginkan serta menetapkan jadwal yang diinginkan. Pembayaran pun akan langsung tersedia dan link video konsultasi akan langsung diberikan.

Baca Juga: Fasilitas kesehatan terancam kolaps, Satgas singgung soal disiplin protokol kesehatan

"Jadi layanan di aido health sifatnya bukan “on demand”. Jadwal yang tersedia tergantung dari jadwal praktek dokter di rumah sakit tersebut dan telekonsultasi yang kami miliki adalah video call, dokter dan pasien melakukan konsultasi tatap muka. Ini salah satu yang membedakan kami dengan platform digital kesehatan lainnya,” jelasnya.

Cara tersebut pun berlaku untuk perawatan kesehatan di rumah, hanya saja pengguna tidak bisa memilih tenaga kesehatan yang diinginkan. Menurut Jyoti, rumah sakit akan memilih tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan.

Masih hadapi kendala

Jyoti tak menampik, aplikasi layanan kesehatan ini masih menghadapi berbagai kendala, khususnya berkaitan dengan pola pikir pasien dan pihak rumah sakit atau dokter.

Dari sisi rumah sakit atau dokter, masih ditemukan dokter yang belum terbiasa menggunakan teknologi dan tidak meyakini bahwa konsultasi kesehatan bisa dilakukan melalui online.

Jyoti pun menyebut tak semua konsultasi kesehatan bisa dilakukan secara online. Akan tetapi adanya layanan seperti aido health ini menjadi sebuah sistem komplementer bagi fasilitas kesehatan.

"Sistem teknologi ini merupakan pelengkap, perpanjangan tangan dari rumah sakit, jadi bukan menggantikan peran rumah sakit. Jika pasien membutuhkan kunjungan fisik, tentunya kami akan mengarahkan pasien untuk melakukan pemeriksaan langsung," terangnya.

Sementara, dia juga mengakui masih ada pasien yang memang lebih senang melakukan konsultasi dengan dokter secara tatap muka. Karena itu, Jyoti pun menilai adanya pandemi ini menjadi salah satu momentum untuk mendorong layanan kesehatan berbasis online. Meski begitu, masih ada berbagai pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

"Jadi PR-nya masih banyak. Mungkin dari pihak rumah sakit sendiri perlu mengidentifikasi dan mengedukasi mana saja kasus-kasus yang bisa ditelekonsultasikan dan disarankan untuk ditelekonsultasikan saja," ujarnya.

Meski menghadapi berbagai tantangan, Jyoti meyakini bahwa layanan kesehatan berbasis online ini akan tumbuh dan berkembang di Indonesia. Menurutnya, akan semakin banyak pemain lain yang bermunculan. Tak hanya layanan kesehatan secara online, integrasi antara teknologi digital dan rumah sakit pun akan terus meningkat.

Dia menambahkan, adanya pandemi pun mendorong perubahan pola  pikir dimana layanan kesehatan tidak harus diakses lewat rumah sakit semata.

Selanjutnya: Luhut: Kurang lebih 2 juta data kasus corona belum masuk, efeknya ke positivity rate

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×