Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Saluran komunikasinya pun juga disesuaikan, seperti media sosial. Selain itu, Kholil melanjutkan komunikator lainnya yang efektif adalah para tenaga medis, seperti dokter yang dapat disampaikan melalui kanal yang beragam, termasuk pesan singkat.
Pasalnya, berdasarkan implementasi di seluruh dunia termasuk Indonesia, peringatan kesehatan dengan gambar menakutkan terbukti tidak efektif mengurangi angka perokok.
Selain mengedepankan strategi komunikasi yang tersegmentasi, Kholil juga menyarankan pemerintah untuk dapat memaksimalkan penggunaan produk tembakau alternatif.
Baca Juga: Rencana kenaikan cukai rokok diramal bisa tingkatkan peredaran rokok ilegal
Banyak hasil kajian independen dari dalam maupun luar negeri yang menunjukkan bahwa produk ini memiliki potensi risiko yang lebih rendah daripada rokok. Hanya saja, informasi mengenai produk ini belum terdistribusi secara masif dan akurat kepada publik.
Pemerintah, kata Kholil, dapat memberikan edukasi mengenai produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, maupun snus, kepada publik. Penyampaian informasi tersebut juga harus dilengkapi dengan hasil kajian-kajian ilmiah.
“Masyarakat harus diedukasi dengan baik, dari segi konsekuensinya yang dihadapi termasuk produk alternatif yang bisa menurunkan risiko. (Komunikasi) itu harus didukung data empiris,” tutup Kholil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News