Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 masih menjadi krisis kesehatan utama yang menyebabkan dampak besar bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Dampak dari pandemi masih akan dirasakan meski nantinya status pandemi sudah dicabut.
Maka peta jalan adaptasi pengendalian dan pemulihan dampak pandemi Covid-19 menjadi hal yang sudah seharusnya disusun sejak sekarang.
Peta jalan dapat digunakan untuk mengakselerasi tingkat vaksinasi masyarakat dan memastikan ketersediaan berbagai obat antivirus di pusat layanan kesehatan.
Selain itu, peta jalan juga berguna sebagai indikator penanganan pandemi khususnya dalam memitigasi potensi terjadinya lonjakan kasus terkonfirmasi Covid-19 akibat mobilitas orang pada libur Natal dan Tahun Baru 2022.
Ahli Kesehatan Lingkungan dan Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, pelonggaran PPKM yang tidak terukur kuat dan strategi komunikasi yang tidak memadai membuat masyarakat kini menjadi cenderung abai terhadap penerapan protokol kesehatan.
Baca Juga: Dampak penerapan PPKM level III akhir tahun diprediksi tidak signifikan ke emiten
Padahal lonjakan kasus masih sangat mungkin terjadi, mengingat jumlah populasi yang belum memiliki imunitas baik karena belum divaksinasi dan belum terinfeksi masih cukup signifikan, setidaknya 40% dari total populasi.
Selain itu, adanya perburukan situasi pandemi di Eropa, Asia dan Kawasan ASEAN, kembali memberi sinyal serius perlunya upaya pengetatan 3T, 5M, dan akselerasi vaksinasi.
“Beberapa negara alami pertambahan kasus, seperti di Eropa dan China. Meskipun telah gencar mengadakan vaksinasi, namun kini mereka tengah kewalahan dengan naiknya tingkat infeksi virus," kata Dicky dalam Webinar Yayasan Bina Swadaya, Jumat (19/11).
Maka, menurunnya kasus secara nasional jangan sampai membuat lengah karena kombinasi adanya populasi yang belum tercakup vaksinasi, masih tingginya mobilisasi dan keberadaan varian Delta.