Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Adapun keterbatasan penelitian termasuk pengumpulan data dengan kuesioner dan pengambilan sampel berselang pada interval tertentu, berpotensi menimbulkan bias ingatan. Apalagi, pasien direkrut melalui media sosial dan dari mulut ke mulut.
Ini mungkin mengakibatkan banyak peserta yang lebih muda, dengan pendapatan lebih tinggi dan tingkat pendidikan yang lebih maju, dibandingkan dengan sampel acak pasien di pusat medis atau klinik dengan gejala ringan.
Studi ini dan penelitian sebelumnya lainnya, menunjukkan bagaimana orang yang sebelumnya muda dan sehat terus berjuang dengan gejala yang mengganggu selama berbulan-bulan terus menerus.
Baca Juga: WHO tidak rekomendasikan paspor khusus orang yang sudah dapat vaksin virus corona
Penyakit membuat mereka kesulitan melakukan aktivitas sederhana seperti memasak, membersihkan rumah, atau bahkan hanya berjalan dengan jarak dekat.
Meski demikian, hilangnya bau atau rasa, bisa berakibat berbahaya bahkan mematikan. Ketidakmampuan untuk mencium kebocoran gas atau asap di rumah, mencicipi makanan yang basi, bisa mengubah hidup bahkan berakibat fatal.
Baca Juga: Beberapa gejala virus corona ringan bisa diatasi dengan cara ini
Selain itu, para ahli kesehatan mental menyadari bahwa hilangnya penciuman menempatkan seseorang pada risiko kecemasan dan depresi, menjadikannya masalah yang signifikan dengan implikasi yang meluas.