kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Waspada delirium, gejala baru yang dialami pasien Covid-19


Jumat, 11 Desember 2020 / 05:56 WIB
Waspada delirium, gejala baru yang dialami pasien Covid-19
ILUSTRASI. Ada gejala baru Covid-19 yang diamati dari pasien yang terkonfirmasi positif terinfeksi virus corona. Gejala itu dinamakan delirium. REUTERS/Fabrizio Bensch


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Helfand mengatakan orang yang datang dengan gejala atipikal atau tidak biasa ini harus diskrining dan diuji atau dites Covid-19.

Dalam studi tersebut, pasien dengan delirium cenderung berusia di atas 75 tahun, baik tinggal di panti jompo atau fasilitas tempat tinggal bantuan. Atau di antara mereka pernah mengkonsumsi obat psikoaktif di masa lalu, memiliki penyakit parkinson dan memiliki masalah penglihatan atau pendengaran. 

Seringkali, saat datang di IGD, kurang dari setengah pasien diskrining dan didiagnosis menggunakan Mteode Penilaian Kebingungan. Alat ini dikembangkan oleh Vanderbilt's Ely dan Sharon Inouye dari Harvard Medical School, yang juga menjadi salah satu penulis studi ini. 

Ely mengungkapkan apabila lebih banyak pasien yang didiagnosis dengan beberapa versi alat deteksi delirium, mungkin akan lebih banyak kasus Covid-19 yang dapat terdeteksi. 

Baca Juga: Cara merawat bayi agar aman dari penularan corona

"Jika Anda tidak menggunakan alat delirium, Anda kehilangan sekitar 75 persen dari (pasien Covid-19 dengan gejala) delirium. Tidak diragukan lagi bahwa angka yang mereka berikan lebih rendah dari angka delirium yang sebenarnya. Ini akan lebih besar dari itu," kata Ely. 

Kendati demikian, para peneliti mengakui keterbatasan tersebut, sebab sebagian besar IGD rumah sakit tidak secara rutin menyaring pasien dengan delirium sebagai gejala baru Covid-19.  

Penulis studi berharap studi delirium gejala Covid-19 ini dapat membantu tanda mengigau yang ditemukan pada pasien Covid-19 dapat diketahui dan diobati lebih awal. 

"Menambahkan delirium sebagai gejala umum Covid-19 akan mencegah kasus-kasus penting terlewatkan dan memungkinkan identifikasi dan manajemen lebih awal dari pasien yang rentan berisiko tinggi untuk hasil yang buruk," tulis peneliti.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Delirium, Gejala Baru yang Dialami Pasien Covid-19"
Penulis : Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas
Editor : Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Selanjutnya: Peneliti Jepang temukan fakta: Virus corona bisa menyerang otak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×