kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Usus yang Sehat Meringankan Gejala Kecemasan?


Selasa, 12 Desember 2023 / 14:10 WIB
Usus yang Sehat Meringankan Gejala Kecemasan?
ILUSTRASI. Kesehatan usus mempengaruhi tingkat kecemasan.


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Tri Sulistiowati

KESEHATAN USUS -  Usus yang sehat bisa meredakan gejala kecemasan, benarkah? 

Kesehatan usus mempengaruhi kondisi kesehatan tubuh secara keseluruhan. 

Baca Juga: Tak Ingin Sedih Berkepanjangan! 5 Cara Mengobati Patah Hati

Mengutip EatingWell, hasil penelitian menunjukkan seberapa besar dampak mikrobioma terhadap kesehatan tubuh secara keseluruhan. 

Usus yang sehat baik untuk jantung, sistem kekebalan tubuh, dan penurunan berat badan. 

Menariknya, hasil penelitian terbaru menunjukkan adanya hubungan antara susu dengan kesehatan mental. 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menjaga kesehatan usus bisa menjadi kunci melawan gejala kecemasan dan depresi. 

Penelitian 

Tim peneliti dari Pusat Kesehatan Mental Shanghai di Fakultas Kedokteran Universitas Shanghai Jiao Tong mencari tahu apakah kecemasan benar-benar dapat diredakan melalui pengaturan bakteri usus seseorang. 

Mereka meninjau 21 penelitian yang relevan – 14 di antaranya mengatur bakteri usus melalui suplementasi probiotik, sementara enam dari tujuh penelitian lainnya menggunakan metode non-probiotik, seperti menyesuaikan pola makan partisipan.

Penelitian yang menggunakan probiotik hanya terbukti efektif pada sepertiga kasus, namun penelitian yang mengatur bakteri usus melalui pola makan menunjukkan efektivitas sebesar 86%. 

Perubahan pola makan terutama berasal dari peningkatan asupan serat melalui suplementasi, atau mengikuti diet rendah FODMAP.

Penulis penelitian percaya bahwa metode intervensi non-probiotik lebih efektif daripada menggunakan probiotik karena pola makan memiliki dampak yang lebih beragam pada mikrobioma usus (dibandingkan mengonsumsi suplemen yang hanya mengandung beberapa jenis bakteri).

Mereka juga mencatat bahwa uji coba ini bisa jadi terlalu singkat – sebagian besar hanya berlangsung satu atau dua bulan – agar suplemen probiotik dapat secara signifikan meningkatkan jumlah bakteri baru dalam tubuh.

Baca Juga: Sering Cemas, Ini Tanda-Tanda Usus Kotor dan Cara Mengatasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×