kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Terlalu lama olahraga sepeda sebabkan impotensi, benarkah?


Senin, 17 Agustus 2020 / 06:52 WIB
Terlalu lama olahraga sepeda sebabkan impotensi, benarkah?
ILUSTRASI. Terlalu lama olahraga sepeda sebabkan impotensi, benarkah? . KONTAN/Fransiskus Simbolon


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Olahraga sepeda sudah menjadi tren di kota dan desa belakangan ini. Namun, tren olahraga sepeda memunculkan isu kesehatan yang meresahkan sebagian kalangan, terutama kaum laki-laki. Ada isu terlalu sering olahraga sepeda dapat memicu disfungsi ereksi atau impotensi. Tapi, benarkah demikian?

Jawabannya tergantung. Ya, jika...

Merangkum dari health.harvard.edu, sebuah riset yang dilakukan the Massachusetts Male Aging Study menemukan bahwa dalam keadaan tertentu, bersepeda dapat merusak saraf dan menekan arteri di penis. Inilah yang diyakini menyebabkan masalah ereksi.

Baca juga: Korea Selatan dan Amerika Serikat batalkan latihan militer gabungan, ada apa?

Risiko ini paling tinggi terjadi pada pria yang bersepeda selama lebih dari tiga jam seminggu. Alasan bersepeda dapat menyebabkan impotensi adalah karena sadel memberikan tekanan konstan pada perineum, area antara alat kelamin dan anus.

Tekanan tersebut dapat membahayakan saraf dan memperlambat aliran darah yang menyebabkan kesemutan atau mati rasa pada penis. Jika hal ini berlanjut maka disfungsi ereksi juga dapat terjadi.

Tidak selalu sebabkan disfungsi ereksi

Terkait asumsi tersebut, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Urology tahun 2018 mungkin membuat para pehobi kayuh pedal ini bernapas lega. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa kesehatan seksual dan urologi tidak terkena dampak negatif karena bersepeda, terutama jika dibandingkan dengan renang atau lari

"Kami percaya hasilnya akan memberi semangat bagi para pesepeda," ungkap Dr Benjamin Breyer, co-author penelitian ini dikutip dari Newsweek.

"Bersepeda memberikan manfaat kardiovaskular yang luar biasa dan berdampak rendah pada sendi," sambung ahli urologi dari University of California-San Francisco tersebut.

Penelitian ini melibatkan 2.774 pesepeda, 539 perenang, dan 789 pelari. Para peneliti kemudian mengumpulkan berbagai kuesioner tentang kesehatan seksual, gejala prostat, dan gejala prostatitis kronis dalam tambahan pertanyaan mengenai infeksi saluran kemih, striktur uretra, mati rasa genital, dan luka di area selangkangan.

Peserta juga ditanya tentang kebiasaan mereka bersepeda, mulai dari intensitas bersepeda, kondisi jalan, hingga tipe sadel yang mereka gunakan. Para peserta ini kemudian terbagi menjadi dua kelompok, yaitu orang yang bersepeda lebih dari tiga kali per minggu selama lebih dari 2 tahun dengan jarak tempuh rata-rata 40 km sehari dan kelompok yang tidak memenuhi standar tersebut.

Hipotesis sebelumnya menekankan bahwa tekanan pada area genital secara berkepanjangan dan trauma mikro selama bersepeda mengakibatkan dampak kesehatan reproduksi negatif. Namun hal ini disebut tidak tepat secara ilmiah oleh Breyer dan timnya. "Kami percaya bahwa manfaat kesehatan yang dinikmati oleh pesepeda yang mengendarai dengan aman jauh lebih besar daripada risiko kesehatan," kata Breyer.

Baca juga: 10 penemuan baru di Afrika untuk membantu penanganan corona

Temuan ini mengungkapkan bahwa pesepeda memiliki risiko kesehatan seksual dan saluran kencing yang sama dengan perenang maupun pelari. Tapi, beberapa pesepeda, bagaimanapun, lebih rentan mengalami striktur uretra (penyempitan saluran kemih).

Selain itu, salah satu temuan yang mengejutkan dalam penelitian ini adalah para pesepeda intensitas tinggi justru memiliki fungsi ereksi yang lebih baik dibandingkan pesepeda intensitas rendah. Dengan kata lain, baik karakteristik sepeda maupun jalan tampaknya tidak berdampak negatif terhadap kesehatan seksual pesepeda pria.

Penelitian ini juga menemukan bahwa menurunkan stang lebih pendek daripada sadel meningkatkan mati rasa di area gentital dan luka di selangkangan. Untuk mengatasi hal tersebut, para peneliti menyarankan untuk berdiri lebih dari 20 persen waktu saat bersepeda. "Kami memantau lebih dekat pada mereka yang melaporkan mati rasa genital untuk melihat apakah ini adalah suatu prediksi untuk masalah masa depan," tutup Breyer.

Lebih baik berhati-hati Meski begitu, jika Anda merasa kesemutan atau mati rasa di area genital setelah bersepeda, ada baiknya beri waktu untuk beristirahat. Hentikanlah kegiatan bersepeda sementara selama satu hingga dua minggu. Rasa kesemutan dan mati rasa merupakan peringatan bahwa cara Anda bersepeda dapat menyebabkan masalah ereksi.

Selain itu, selalu beristirahat secara teratur jika Anda bersepeda dalam perjalanan panjang. Jangan lupa gunakan celana pendek khusus pesepeda yang empuk untuk perlindungan ekstra.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Benarkah Terlalu Sering Bersepeda Sebabkan Disfungsi Ereksi?",
Penulis : Resa Eka Ayu Sartika
Editor : Resa Eka Ayu Sartika

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×