Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Profesor di Departemen Kedokteran Komunitas dan Koordinator Penelitian di Tagore Medical College and Hospital Chennai, Sree Sucharita, menjelaskan resistensi terhadap konsep tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan masalah prevalensi perokok tidak kunjung terselesaikan.
Sree Sucharita mengungkapkan jumlah perokok di India saat ini sudah mencapai 300 juta. Penghalang untuk menerapkan konsep pengurangan risiko tembakau adalah kurangnya kemauan politik.
Selain itu, masih sedikitnya informasi akurat yang diperoleh praktisi kesehatan mengenai konsep ini. “Akibat kurangnya informasi tersebut, kami kehilangan peluang untuk mengedukasi para perokok mengenai pilihan yang tersedia bagi mereka untuk berhenti merokok,” ujarnya.
Baca Juga: Tips cara mencegah kanker paru-paru, para perokok wajib tahu
Padahal, konsep yang memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan snus, tersebut dapat membantu perokok dewasa yang tidak dapat berhenti merokok untuk beralih ke produk yang lebih rendah risiko. Berdasarkan sejumlah kajian ilmiah, baik di dalam dan luar negeri, produk tembakau alternatif memiliki risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok hingga 90% - 95%.
Melalui fakta tersebut, sejumlah negara maju, seperti Inggris, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Kanada mendukung penggunaan produk tembakau alternatif untuk menekan jumlah perokoknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News