Sumber: TribunNews.com | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Ketua Penelitian dan Registrasi Yayasan Kanker Indonesia, dr Elisna Syahrudin, Ph.D., Sp.P (K) menyatakan, satu dari tiga penderita kanker paru adalah perokok aktif.
"Hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari minat masyarakat akan candu tembakau serta paparan udara kotor dan asap rokok," kata Elisna saat forum diskusi kesehatan bertema Mewaspadai Ancaman Kanker Paru dan Penanganan Terkini di Jakarta belum lama ini.
Menurutnya, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menghentikan kebiasaan merokok adalah selalu memberikan edukasi, terutama dari pihak keluarga.
"Saya kira edukasi dari keluarga itu cara yang paling efisien,' jelas Elisna.
dr Aries Hamzah MKM, Kepala Seksi Penyakit Kanker Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan menyatakan pihaknya telah banyak menyusun regulasi guna meminimalisir kegiatan merokok di area umum dan konsisten menyampaikan bahaya merokok terutama di sejumlah daerah.
"Namun, resistensi selalu ada dan tidak semua kementerian sejalan dengan program Kemenkes," papar Aries.
Namun diakuinya tingginya insiden baru kanker paru hal itu terkait erat prevelensi merokok masyarakat.
Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit MRCCC Siloam Semanggi, dr. Sita Laksmi, Ph.D., Sp.P (K) mengatakan, perokok aktif beresiko 13,6 kali lipat terkena kanker paru.
Perokok pasif atau yang terkena paparan asap rokok, berisiko 4 kali lipat.
Sita menambahkan pasien penyakit paru didominasi pasien tuberkulosis (TBC) sejak 10 tahun terakhir dan saat ini muncul kasus baru, tuberkulosis yang kebal terhadap obat.
Sedangkan kasus paru drastis meningkatkan lima kali lipat.
"Pada tahap awal kanker paru tidak memberikan gejala khas sehingga sulit dideteksi. Gejala mulai nampak setelah kanker sudah memasuki stadium tinggi," ungkap Sita Laksmi. (Eko Sutriyanto)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News