Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Kanker serviks yang merupakan penyebab angka kesakitan dan kematian tertinggi pada kasus kanker perempuan di Indonesia, bisa dicegah. Sejumlah faktor menyebabkan kasus kanker ini tinggi, termasuk hubungan seks di usia muda.
Kanker serviks atau leher rahim disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini mudah ditularkan, namun mayoritas terinfeksi melalui hubungan seksual. Selain menyebabkan kanker serviks, HPV juga menyebabkan kutil kelamin, kanker vagina, dan kanker vulva.
Menurut penjelasan Andrijono, menikah muda atau hubungan seksual sebelum berusia 19 tahun akan meningkatkan risiko infeksi HPV. "Di usia tersebut leher rahim belum matang. Selain itu, selaput dara juga bisa menahan infeksi virus lewat hubungan seksual," ujar Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) ini.
Faktanya, angka pasangan menikah muda sangat tinggi. Menurut data Riskesdas 2013, angka menikah mudah mencapai 46%. Hubungan seksual di usia muda rentan menimbulkan infeksi HPV di leher rahim dan berpeluang berkembang menjadi kanker, apalagi jika daya tahan tubuh rendah.
Walau bisa ditularkan lewat hubungan seks, namun HPV juga bisa menular melalui beragam cara, misalnya saja tangan yang terkontaminasi virus atau kontak kulit. Perjalanan penyakitnya sampai menjadi kanker minimal 8 tahun.
"Jadi tidak sepenuhnya benar jika kanker serviks disebabkan karena seks bebas. Memang seks bebas dapat meningkatkan risiko, tetapi pasien saya banyak juga yang wanita baik-baik," papar dokter di Klinik Kencana RSCM Jakarta ini.
Penyakit ini dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi HPV sejak usia 10 tahun atau pemeriksaan IVA dan pap smear di rumah sakit atau puskesmas. Tetapi, mayoritas wanita malas melakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi kanker serviks.
Vaksinasi melindungi lebih dari 90% kanker serviks. Vaksin ini juga dapat mencegah kanker yang juga disebabkan HPV seperti kanker vagina, kanker vulva, kanker anus, kanker mulut, kanker lidah, dan kanker tenggorokan. Biayanya untuk vaksin itu sudah tentu lebih murah ketimbang mengobati.
(Lusia Kus Anna)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News