Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini, pelaksanaan vaksin Covid-19 booster kedua untuk lansia atau yang berusia di atas 60 tahun sudah dijalankan pemerintah.
Selain itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah mendapatkan vaksinasi booster kedua pada Kamis (24/11/2022). Jokowi mengajak masyarakat utamanya tenaga kesehatan dan lansia untuk melakukan vaksinasi booster.
"Kenapa kita memerlukan booster, agar imunitas kita terjaga dan dapat memutus penularan Covid-19 dari orang ke orang. Ini yang paling penting," kata Jokowi dikutip dari Kompas.com, Kamis (24/11/2022).
Lantas, sampai kapan masyarakat harus vaksin Covid-19?
Sampai kapan harus vaksin Covid-19 booster?
Sekretaris Direktorat Jenderal (Ditjen) Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, booster saat ini dibutuhkan untuk menangani pandemi terutama pada kelompok rentan.
Saat ditanyakan sampai kapan masyarakat harus suntik vaksin Covid-19, menurutnya hal itu tergantung pengamatan para ahli terkait perkembangan situasi pandemi ke depannya.
“Nanti kita lihat para ahli. Ya kan, ini penyakit baru dan kita tidak ingin pandeminya menjadi tidak terkendali dan vaksinasinya tidak efektif,” ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (24/11/2022).
Sementara itu, saat disinggung terkait kewajiban booster kedua, hal mendasar yang harus dikejar yakni booster pertama terlebih dahulu.
Baca Juga: Cek! Ini Lokasi Vaksin Covid-19 Booster Kedua untuk Lansia di Jakarta
“Booster pertama saja masih 35 persen, ini yang perlu dikejar dulu,” kata dia.
Terpisah, epidemiolog UI Pandu Riono mengatakan, belum diketahui sampai kapan masyarakat harus melakukan vaksinasi Covid-19 booster, mengingat virus terus bermutasi.
"Kita belum tahu, karena teknologi vaksin yang ada belum bisa menghadapi virus yang selalu bermutasi," kata Pandu, Kamis (24/11/2022).
Ia menyarankan agar masyarakat mempertahankan imunitas yang sudah ada dengan melengkapi vaksinasi hingga booster.
"Imunitas penduduk dipertahankan dengan melengkapi vaksinasi hingga booster, karena hasil sero survei menunjukkan kadar antibodi yang tinggi pada yang sudah di-booster," katanya.
Sementara itu, epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman berharap, perkembangan terkait teknologi vaksin yang diberikan melalui hidung (nasal) bisa berhasil dengan baik.
Baca Juga: Cegah Kematian, Booster Kedua Diperlukan Tak Hanya Bagi Lansia
Menurutnya, jika pengembangan mengenai vaksin yang tengah dilakukan di beberapa negara berhasil, maka bisa mengurangi keharusan vaksin berulang kali.
“Kalau bicara booster besar harapan tahun depan kita dapat booster yang sifatnya memberi proteksi pada nasal atau mukosa hidung,” kata Dicky kepada Kompas.com, Kamis (24/11/2022).