Sumber: Telegraph,AFP,Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
Sementara kepada AFP, selain kelelahan yang luar biasa ini, dia menambahkan, pasien mengalami nyeri otot ringan, "tenggorokan gatal", dan batuk kering.
Dr Coetzee, yang memberi pengarahan kepada asosiasi medis Afrika lainnya pada Sabtu (27/11) pekan lalu, menjelaskan, semua pasiennya sehat. Tapi, ia khawatir, jika varian baru menyerang orangtua dengan penyakit penyerta, seperti diabetes atau jantung, penanganannya jauh lebih sulit.
“Yang harus kita khawatirkan sekarang adalah ketika orang yang lebih tua dan tidak divaksinasi terinfeksi dengan varian baru, dan jika mereka tidak divaksinasi, kita akan melihat banyak orang dengan penyakit yang parah,” ungkapnya.
David Ho, profesor mikrobiologi dan imunologi di Universitas Columbia di New York, percaya, varian Omicron akan menunjukkan tingkat resistensi yang substansial, berdasarkan lokasi mutasinya pada protein lonjakan virus.
Baca Juga: Meski ada varian Omicron, Afrika Selatan desak negara-negara segera cabut pembatasan
"Antibodi vaksin menargetkan tiga wilayah pada lonjakan virus corona, dan Omicron memiliki mutasi di ketiga wilayah tersebut," kata Ho kepada Reuters. "Kami para ahli teknis jauh lebih khawatir dari para ahli kesehatan masyarakat karena apa yang kami ketahui dari analisis struktural Omicron".
Sementara Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, dalam saran teknis untuk 194 negara anggotanya, mendesak untuk mempercepat vaksinasi kelompok prioritas tinggi dan untuk "memastikan rencana mitigasi ada" untuk mempertahankan layanan kesehatan penting.
"Omicron memiliki jumlah mutasi lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya, beberapa di antaranya mengkhawatirkan dampak potensialnya pada lintasan pandemi," kata WHO, seperti dikutip Reuters.
"Risiko global secara keseluruhan terkait dengan varian baru yang menjadi perhatian Omicron dinilai sangat tinggi," sebut WHO.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News