kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pentingnya menjaga gizi sejak dini


Kamis, 01 Juli 2021 / 16:16 WIB
Pentingnya menjaga gizi sejak dini
ILUSTRASI. Susu


Reporter: Markus Sumartomdjon | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persoalan malnutrisi di Indonesia masih menjadi tantangan. Apalagi saat ini di masa pandemi corona.

Berkaca dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita di Indonesia mencapai 17,7%. Sedangkan stunting mencapai 30,8%. Begitu juga dengan obesitas yang menunjukkan peningkatan, di angka 6,7% pada 2013 menjadi 8% pada 2018.

Kasus malnutrisi bukan hanya menjadi tumpuan dalam satu bidang saja. Edukasi gizi, sistem reproduksi, sanitasi, pola asuh hingga faktor ekonomi turut andil dalam upaya mengentaskan kasus malnutrisi di Indonesia.

Beberapa faktor inilah yang menjadi landasan studi lapangan South-East Asia Nutrition Survey (Seanuts) yang telah berjalan di 21 Kabupaten/Kota pada 15 Provinsi di Indonesia. Seanuts merupakan studi mengenai gizi dan kesehatan yang dilakukan di empat negara di Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam) yang diprakarsai oleh FrieslandCampina, induk perusahaan produk  berbasis susu PT Frisian Flag Indonesia.

Bekerjasama dengan lembaga penelitian dan universitas di Indonesia, Seanuts  melibatkan sekitar 3.000 anak di seluruh Indonesia dengan rentang usia 6 bulan-12 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi anak dengan menilai asupan makanan, antropometri, aktivitas fisik, dan parameter biokimia.

Baca Juga: Agar daya tahan tubuh tak menurun, jangan konsumsi 8 makanan ini!

Rini Sekartini, peneliti utama Seanuts mengungkapkan betapa pentingnya edukasi gizi kepada masyarakat dalam upaya menekan kasus malnutrisi pada anak.

“Status gizi kurang pada ibu dan asupan makanan rendah gizi dapat berdampak pada saat proses kehamilan. Kondisi ini bisa menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, prematur, dan meningkatkan risiko anak mengalami gizi kurang, gizi buruk, atau pun stunting,” katanya.

Kementerian Kesehatan sendiri telah merilis panduan makan sesuai dengan pedoman gizi seimbang yang disebut Isi Piringku. Di dalam panduan ini disebutkan 2/3 dari 1/2 piring adalah makanan pokok berupa nasi atau penukarnya. Lalu 1/3 dari 1/2 piring adalah lauk pauk yang terdiri dari sumber protein hewani dan nabati. Sebanyak 1/3 dari 1/2 piring adalah buah-buahan. Lalu 2/3 dari 1/2 piring adalah sayuran.

Berbicara mengenai salah satu komponen dalam pedoman gizi seimbang, Rini menyebutkan pentingnya asupan beragam sumber gizi, termasuk di dalamnya protein hewani seperti daging, ikan, ayam, telur dan susu dengan kandungan asam amino esensial yang bermanfaat untuk membantu mengoptimalkan tumbuh kembang anak, termasuk saat masih fase dalam kandungan. Asam amino esensial sendiri tidak dapat diproduksi oleh tubuh, dan harus didapatkan dari makanan yang mengandung protein.

Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia Andrew F. Saputro menyatakan FrieslandCampina melalui PT Frisian Flag Indonesia berkomitmen untuk terus memberikan nutrisi terbaik yang terjangkau untuk seluruh lapisan masyarakat untuk membantu mengentaskan kasus malnutrisi di Indonesia.

“Kami terus berupaya meningkatkan literasi gizi melalui edukasi gizi kepada masyarakat serta turut serta dalam memperkaya pengetahuan terkait status gizi anak Indonesia, salah satunya melalui studi Seanuts,” jelas Andrew dalam keterangan tertulis, Kamis (1/7).

Selanjutnya: Susu Bendera dan Hyundai Mengerek Capaian Investasi Kuartal I 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×