Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Tahap awalnya dengan melakukan konseling yang kemudian dilanjutkan pemberian obat. Setelah itu, pasien harus melakukan kontrol secara berkala yang sesuai dengan rencana.
“Kita tahu berhenti merokok itu harus ditindaklanjuti secara berkala karena banyaknya pasien yang relapse lagi setelah beberapa minggu. Dengan teknologi ada pengingat otomatis untuk sesi lanjutan kepada pasien,” ucap Alni.
Berdasarkan penelitian, program berhenti merokok yang dilakukan lewat telemedis sama efektifnya jika dibandingkan dengan pasien yang lewat tatap muka langsung.
Baca Juga: Sederet aktivitas yang efektif memelihara kesehatan ginjal
“Jadi tidak ada hambatan untuk berhenti merokok lewat layanan telemedis. Layanan ini efektif dan banyak hal yang lebih efisien dilakukan jika dibandingkan dengan layanan konvensional,” kata Alni.
Lebih lanjut, Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) Ariyo Bimmo menjelaskan, pengurangan bahaya tembakau merupakan inovasi untuk mengurangi epidemi merokok. Dengan semakin berkembangnya layanan kesehatan, konsep ini dapat dikolaborasikan dengan telemedis. “Keberadaan layanan ini dapat mendukung konsep pengurangan bahaya terhadap perilaku berisiko,” katanya kepada wartawan.
Bimmo pun berharap konsep pengurangan bahaya tembakau melalui layanan telemedis mendapatkan dukungan dari pemerintah dalam bentuk kebijakan. Hadirnya kebijakan akan memaksimalkan potensi dari konsep ini dalam menciptakan perbaikan kesehatan publik.
“Konsep ini sebagai pelengkap yang sudah ada seperti konseling, pendidikan, dan sebagainya. Prinsip dari strategi ini untuk meminimalisasi bahaya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tutup Bimmo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News