Reporter: Venny Suryanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Situasi pandemi COVID-19 di beberapa negara termasuk di Indonesia masih dihantui ketidakpastian. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Kepmenkes Nomor HK. 01.07/menkes/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 yang telah ditandatangani pada 13 Juli 2020.
Untuk itu, guna semakin menguatkan pelaksanaan arahan presiden, untuk tetap berkonsentrasi dan memassifkan 3T, yakni testing, tracing, dan treatment. Khususnya, di wilayah Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Papua.
Mengingat dalam kegiatan bekerja dalam ruangan atau dalam perusahaan juga harus dibatasi jumlah karyawannya, maka 3T tentunya perlu untuk dilakukan dalam perusahaan baik kecil maupun besar. Terutama juga dalam pelaksanaan tracing atau pelacakan dalam sebuah perusahaan apabila ada karyawan yang positif.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menjelaskan pelaksanaan tracing merupakan suatu aktivitas dimana orang yang sudah positif Covid-19 akan dilacak oleh tim perusahaan dan bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat.
“Biasanya dalam perusahaan besar pasti ada tim kesehatannya masing-masing yang tentu bertugas untuk mencari karyawan yang positif ini sudah kontak dengan siapa saja,” jelas Wiku saat dihubungi KONTAN, Minggu (29/11).
Wiku menjelaskan, dalam pelaksanaan tracing tentu diperlukan untuk mempermudah dan mempercepat terputusnya penyebaran Covid-19. “Kalau orang tersebut ada dalam suatu perusahaan atau tempat kerja, tracingnya harus dilakukan di perusahaan tersebut. Misalnya di satu lantai atau satu ruangan maka perlu di tracing,” jelasnya.
Baca Juga: Tetap ikuti protokol kesehatan saat bekerja dari kantor
Ia mengatakan, dalam pelaksanaan tracing tentu tidak semata-mata hanya melibatkan satu pihak saja melainkan dari perusahaan atau dinas kesehatan, sehingga keduanya saling bekerja sama untuk menuntaskan penyebaran yang disebabkan oleh karyawan tersebut. Dengan demikian, untuk proses tracing dalam sebuah perusahaan diharapkan perlu dilakukan dengan seksama bersama pemerintah.
“Semakin cepat orangnya yang positif di tracing maka bisa semakin cepat penularannya terputus,” tandasnya.
Ajib Hamdani, Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan BPP Hipmi mengatakan, Hipmi secara organisasi telah secara rutin memberikan edukasi dan mengingatkan kepada setiap anggota Hipmi untuk menjalankan protokol kesehatan di internal perusahaan masing-masing. “Hipmi juga bekerjasama dengan Satgas Covid setiap Hari Selasa untuk mengedukasi masyarakat secara bersama-sama,” kata Ajib.
Edukasi tersebut meliputi adanya pemberian guideline untuk sebagian karyawan yang melakukan work from home, rutin melakukan tes minimal dengan rapid test, dan anjuran lain sesuai program dari Satgas Covid-19. Sehingga proses tracing yang dilakukan lebih diminimalisir dengan adanya kerja sama dengan Satgas Covid-19.
Dengan demikian, HIPMI berharap dengan sosialisasi dan edukasi yang bersifat rutin seperti ini, bisa meningkatkan kesadaran agar masing-masing anggota Hipmi bisa berperan optimal dalam menekan penyebaran Covid-19 di lingkungan perusahaan secara khusus dan di masyarakat secara umum.
Sebagai informasi, Ajib mengatakan total angggota atau karyawan Hipmi yang aktif terutama berusia di bawah 41 tahun ada sekitar 30 ribu orang. Dengan asumsi rata-rata memiliki 5-15 karyawan, maka karyawan di grup Hipmi berkisar antara 150 ribu sampai 450 ribu orang.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun
Selanjutnya: Penerapan 3M jadi kunci bepergian tetap aman dengan pesawat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
