Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obat oral Covid-19, Paxlovid diklaim memiliki proteksi cukup kuat untuk menurunkan risiko berat untuk melawan varian Omicron. Berdasarkan uji klinis Paxlovid dapat menurunkan risiko perawatan di rumahsakit atau kematian pada hampir 90% pasien Covid-19.
Paxlovid terbukti efektif terhadap pasien terinfeksi Covid-19 dengan risiko tinggi dan dapat menurunkan risiko rawat inap dan kematian sebesar 88%-89%. Efektivitas tersebut nampak pada pasien dewasa dengan gejala Covid-19 ringan hingga sedang.
Pasien tersebut juga tidak dirawat inap dan harus meminum obat dalam tiga sampai lima hari sejak gejala muncul.
Baca Juga: Obat Covid-19 produksi Pfizer dinilai 90% efektif mencegah rawat inap dan kematian
Sedangkan mereka yang berisiko sedang terbukti menurunkan risiko rawat inap dan kematian sebesar 70%. Asalkan meminum obat dalam lima hari sejak gejala muncul.
Badan pengawas obat Eropa (EMA CHMP) mengeluarkan saran tentang penggunaan Paxlovid (PF-07321332 dan ritonavir) untuk pengobatan COVID-19. Obat ini dinilai dapat mengobati orang dewasa dengan COVID-19 yang tidak memerlukan oksigen tambahan dan yang berisiko lebih tinggi berkembang menjadi penyakit parah.
Paxlovid, belum mendapat disahkan di Uni Eropa dinilai harus diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis COVID-19 dan dalam waktu lima hari sejak dimulainya gejala. Dua zat aktif obat, PF-07321332 dan ritonavir harus diminum bersama dua kali sehari selama 5 hari. "Paxlovid menunjukkan potensi untuk melawan varian Omicron berdasarkan penelitian in vitro," terang dr Adam Prabata.
EMA mengeluarkan saran ini agar mendapat dukungan dari otoritas nasional atas kemungkinan penggunaan awal obat sebelum izin pemasaran, misalnya dengan pengaturan penggunaan darurat. Terlebih menurut EMA dalam rilis di situs resminya menjelaskan saat ini tingkat infeksi dan kematian akibat COVID-19 di seluruh Uni Eropa cukup tinggi.
EMA mengatakan, saran tersebut didasarkan pada hasil sementara studi utama pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit dan tidak divaksinasi. Pasien tersebut memiliki penyakit simtomatik dan setidaknya satu kondisi mendasar yang menempatkan mereka pada risiko COVID-19 yang parah.
Baca Juga: Vietnam menyambut turis asing pertama setelah hampir 20 bulan menutup pintu masuk
Data ini menunjukkan Paxlovid mengurangi risiko rawat inap dan kematian ketika pengobatan dimulai dalam waktu 5 hari dari awal gejala. Ini terbukti pada 1% pasien (6 dari 607) yang menggunakan Paxlovid dalam waktu lima hari sejak awal gejala dirawat di rumah sakit dalam waktu 28 hari. Setelah memulai pengobatan dibandingkan dengan 6,7% pasien (41 dari 612) yang diberi plasebo (pengobatan dummy); tidak ada pasien dalam kelompok Paxlovid yang meninggal dibandingkan dengan 10 pasien pada kelompok plasebo.