kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Nasi putih & gula, apa yang lebih risiko diabetes?


Kamis, 22 September 2016 / 12:12 WIB
Nasi putih & gula, apa yang lebih risiko diabetes?


Reporter: Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Ternyata, bukan gula yang memicu diabetes. Penyebab utama diabetes adalah nasi putih, yang dikonsumsi berlebihan.

Bahkan, nasi lebih berpotensi menyebabkan diabetes daripada minuman bersoda yang manis, demikian diungkapkan oleh Health Promotion Board Singapura yang dilansir dari The Straits Times.

Direktur pelaksana HPB, Zee Yoong Kang, mengatakan bahwa obesitas dan minuman manis adalah penyebab utama diabetes di negara-negara Barat. Tetapi orang Asia lebih mudah terkena diabetes daripada orang Kaukasia karena lebih banyak mengonsumsi nasi putih. Nasi putih yang mengandung zat pati bisa membebani tubuh dengan gula darah, dan meningkatkan risiko diabetes.

Kebanyakan karbohidrat yang dikonsumsi orang Asia adalah karbohidrat buatan (refined carbohydrates), seperti nasi, mie, atau pasta, yang kadar gulanya lebih tinggi. Kandungan karbohidrat pada nasi akan berubah menjadi gula di dalam tubuh. Lalu, bagaimana hal ini memicu diabetes?

Pankreas memproduksi insulin sehingga gula bisa diserap oleh otot dan lemak. Tetapi pada makanan seperti nasi putih, gula sangat cepat diserap ke dalam darah.

Lonjakan gula dalam darah ini membuat pankreas bekerja lebih keras. Kalau hal ini terjadi terlalu sering, pankreas menjadi  kurang efisien dalam memproduksi insulin, sehingga gula akhirnya diserap oleh tubuh.

Gula yang tersisa di dalam darah bisa merusak ginjal, dan saat itulah terjadi diabetes. Dalam kondisi parah, diabetes bisa merembet ke mana-mana. Di antaranya menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, hingga amputasi.

Pernyataan Zee Yoong Kang ini didukung dengan data dari Harvard School of Public Health, yang melakukan meta-analisis dari empat studi utama. Studi ini mengobservasi lebih dari 350.000 orang selama 4 hingga 20 tahun, sehingga berhasil menyimpulkan setidaknya dua fakta penting.
nasi putih Tambahkan 20 persen nasi merah setiap makan nasi putih.

Pertama, sepiring nasi putih yang dimakan dalam sehari secara teratur, meningkatkan risiko diabetes hingga 11% pada seluruh populasi. Kedua, orang Asia -seperti China- mengonsumsi empat porsi nasi putih sehari, sementara orang Amerika dan Australia rata-rata hanya makan lima porsi seminggu.

Meskipun begitu, Anda tak perlu khawatir. Zee tidak berencana meminta kita berhenti mengonsumsi nasi. Ia hanya berharap semakin banyak orang yang mengganti nasi dengan alternatif yang lebih sehat.

Beras panjang (long grain) seperti basmati lebih sehat daripada beras pendek (short grain) seperti beras bali atau beras jepang, dalam hal melonjakkan gula darah.

Ia juga menyarankan agar kita mencoba menambahkan 20% beras nasi merah ke nasi putih yang siap kita konsumsi. Jumlah itu menurutnya sudah cukup mengurangi risiko diabetes hingga 16%. "Tidak perlu mengganti apa yang biasa kita makan sama sekali. Tambah saja jumlah beras merah dan beras whole grain (dari biji pada utuh)," ujarnya.

(Dini Felicitas / Tabloid Nakita)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×