kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mengenal dua kelompok model pengujian infeksi virus corona


Sabtu, 30 Januari 2021 / 05:30 WIB
Mengenal dua kelompok model pengujian infeksi virus corona


Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata

Sekian banyak model pengujian yang ada, bisa diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar pengujian. Masing-masing adalah tes antibodi dan tes viral. Tiap tes ini memiliki kegunaan yang berbeda.

Tes antibodi Mengutip laman lembaga pengendalian dan pencegahan penyakit milik pemerintah Amerika Serikat (AS) yang populer disingkat CDC, tes antibodi atau tes serologi mencari antibodi yang ada di darah seseorang. Cara kerja tes ini adalah mengambil sampel darah dari jari atau pembuluh vena seseorang. Tes antibodi ini umumnya disebut dengan rapid test.

Antibodi adalah protein yang dibuat sistim kekebalan tubuh seseorang, sekitar 1 minggu-3 minggu setelah infeksi terjadi. Itu sebabnya, pengujian antibodi hanya mampu menentukan apakah orang tersebut pernah terinfeksi.

Baca Juga: ​GeNose, berikut cara kerja dan akurasi alat tes virus corona buatan UGM

Dengan kegunaan semacam itu, jelas tes ini tidak relevan dan berguna untuk mencegah peredaran virus corona. Otoritas kesehatan di banyak negara pun tidak merekomendasikan, tes antibodi sebagai syarat perjalanan, misalnya.

Pengujian kedua, yaitu tes viral, merujuk ke pemeriksaan spesimen air liur dari rongga hidung dan tenggorokan. Karena spesimen diambil dengan cara mengusapkan alat pemeriksa, seperti kapas lidi khusus, maka pengujian semacam ini populer disebut swab test (tes usap).

Saat ini, ada dua jenis tes virus yang lazim digunakan. Pertama, tes amplifikasi asam nukleat (NAATs). Pengujian ini mendeteksi materi genetik virus dan biasanya digunakan di laboratorium. NAAT umumnya lebih akurat, tetapi terkadang membutuhkan waktu lebih lama untuk diproses daripada jenis pengujian yang lain. Istilah swab test PCR merujuk ke model pemeriksaan amplikasi asam nukleat.

Baca Juga: Pasien Covid-19 sering didiagnosa menderita tipes, kenali perbedaannya

Model pengujian virus kedua adalah tes antigen. Pengujian ini mendeteksi protein virus, dengan hasil yang biasanya tidak sepeka pengujian NAAT. Terutama, jika tes dilakukan atas seseorang yang tidak memiliki gejala Covid-19. Itu sebabnya, CDC menyarankan, mereka yang mendapatkan hasil negatif dari tes antigen, untuk melakukan tes PCR, untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. 

Melakukan pengujian jelas perlu dilakukan bagi orang-orang yang memiliki risiko tinggi terinfeksi virus corona. Yang termasuk kelompok ini seperti mereka yang baru saja melakukan perjalanan keluar kota. Atau, mereka yang baru saja melakukan kontak dengan orang yang positif terinfeksi virus corona.

Tentu, pengujian juga harus dibarengi dengan kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan. Agar mata rantai peredaran virus corona terputus, jangan pernah abai untuk mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan serta mengurangi mobilitas.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Perlu Anda ketahui, begini efek samping vaksin Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×