kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lambung sehat, puasa tak terhambat


Jumat, 17 Juni 2016 / 10:27 WIB
Lambung sehat, puasa tak terhambat


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Bagi umat muslim, menjalankan puasa saat bulan Ramadan tentulah merupakan kewajiban. Sayangnya, penyakit pada lambung seperti maag yang tak bisa diajak kompromi kadang mengganggu kelancaran ibadah puasa.

Mengutip kamus kedokteran, maag atau nyeri di lambung disebut sindrom dispepsia. Agar hati tenang menjalankan ibadah puasa sebulan penuh, menjaga kesehatan lambung merupakan faktor penting.

Dokter muda sekaligus praktisi kesehatan yang bekerja di salah satu puskesmas di Jawa Tengah, Cicie Arina mengatakan, penderita dispepsia terbagi menjadi dua. Yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Jenis pertama adalah gangguan kesehatan yang ditandai dengan luka atau tukak di lambung dan usus dua belas jari.

Salah satu penyebab dispepsia organik adalah infeksi kuman Helicobacter pylori. Cicie menyarankan, penderita dispepsia organik berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum beribadah puasa untuk menemukan faktor penyebab dispesia dan penanggulangannya.

Selanjutnya, dispepsia fungsional merupakan gangguan lambung yang dialami sebagian besar orang. Penyakit ini terjadi karena disebabkan pola makan yang tidak teratur, kebiasaan makan camilan berlemak, minum kopi dan minuman bersoda terlalu banyak, stres dan merokok.

Untuk penderita dispepsia fungsional, menurut Cicie, diperbolehkan dan dianjurkan tetap berpuasa selama Ramadan. Sebab, aktivitas berpuasa tidak menimbulkan gangguan signifikan terhadap kondisi lambung.

Bahkan, puasa akan memperbaiki pola makan. Sebab, pola makan penderita dispepsia fungsional akan lebih teratur, yakni minimal dua kali sehari di waktu yang sama setiap hari.

Secara umum, ada beberapa hal praktis yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan lambung. Menurut Cicie, mereka yang sedang berpuasa bisa menjaga pola makan dengan menghindari makanan yang bisa memacu pengeluaran kondisi asam lambung berlebih seperti kopi dan teh.

Cicie mengatakan, ketika puasa, metabolisme organ tubuh akan melambat dalam mencerna makanan. Tidak hanya lambung, namun kinerja seluruh organ seperti usus dan beberapa organ pendukung lain pun melambat.

Kemudian, bagi penderita dispepsia, mematuhi pola makan dan mengonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang merupakan keharusan. “Untuk penderita dispepsia dan gastritis, boleh puasa dengan menghindari beberapa makanan terlalu asam atau pedas saat buka atau sahur,” ujar Cicie.

Budi Warniati, Ahli Gizi RSUD Sayidiman Magetan menambahkan, seseorang yang menjalankan ibadah puasa bisa makan tiga kali sehari. Selain sahur dan buka, bisa menambah satu kali makan lagi atau ketika tiga jam setelah berbuka puasa.

Tujuannya, menambah jumlah kalori yang masuk. Manfaat lain, menyesuaikan frekuensi makan ketika hari biasa. Untuk penderita dispepsia, kata Budi, ada beberapa hal yang harus dipatuhi agar tidak terjadi nyeri lambung.

Pertama, menjaga diet makanan agar tidak terlalu pedas dan tidak terlalu asam. Kedua, setelah makan sahur,  penderita maag dianjurkan tidak langsung tidur.

Sebab, tidur selepas sahur membuat kadar asam yang ada di lambung menurun dan bisa menyebabkan tersedak. Ketiga, penderita dispepsia harus menghindari makanan pedas, minum kopi dan makanan asam.

Hindari soda

Tips lain, untuk menetralkan asal lambung, pada saat sahur dan berbuka, Anda disarankan untuk meminum susu. Susu berfungsi menetralisir asam yang ada di perut.

Jenis asupan yang juga harus dikurangi adalah yang mengandung soda dan mengandung lemak tinggi. Makanan yang berlebihan lemak dan soda akan susah dicerna dan membuat kerja lambung menjadi lebih berat.

Selama puasa, Anda juga bisa menghindari makanan dengan kandungan gas seperti kubis, kismis dan kacang. Beberapa makanan tersebut bisa menyebabkan kenaikan gas dalam lambung dan menyebabkan perut seakan bergejolak.

Di luar asupan dan pola makan, Budi juga menekankan kestabilan emosi dan menjaga kebugaran fisik. Hal ini, menurut Budi, memengaruhi kadar asam lambung yang dikeluarkan.

Jika sudah menjaga pola makan yang sehat namun lambung tetap nyeri, ada baiknya Anda memeriksakan diri ke dokter. Menurut Cicie, penderita maag atau dispepsia akut harus segera mendapatkan penanganan lebih lanjut agar luka pada dinding lambung tidak semakin memburuk.

Untuk pertolongan pertama, Cicie menyarankan, penderita maag fungsional bisa segera mengonsumsi obat-obatan untuk mengurangi gangguan asam lambung. Jika timbul gejala sakit maag seperti mual, mulas, nyeri uluhati, kembung, segera netralkan dengan obat maag sebelum dan setelah santap sahur. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×