Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu gejala khas yang diderita pasien Covid-19 adalah anosmia. Ini adalah kondisi ketika seseorang kehilangan fungsi penciumannya secara sementara.
Dr Yonian Gentilis Kusumasmara, SpTHT-KL menjelaskan, anosmia menyebabkan biasanya bertahan hingga delapan hari atau sampai 2-3 minggu. Namun, anosmia tak hanya dialami oleh penderita Covid-19 melainkan juga terjadi pada kondisi lain.
"Anosmia ini kan hanya gejala, bukan diagnosa. Penyakit yang sering terjadi (anosmia) biasanya common cold atau flu biasa."
"Penyebab lain bisa dari trauma kepala atau usia tua. Jenis anosmianya berbeda-beda," katanya dalam Instagram Live bersama Eka Hospital Bekasi, Senin (12/7/2021).
Lalu, apa perbedaan anosmia akibat Covid-19 dan flu biasa?
Baca Juga: Ada bantuan obat bagi pasien Covid-19 OTG dan gejala ringan dari pemerintah
Yonian menyebutkan, perbedaannya antara lain sebagai berikut:
- Anosmia akibat Covid-19 terjadi tiba-tiba. Bisa saja kita masih bisa mencium bau hari ini, namun kehilangan penciuman di keesokan harinya. Sementara anosmia akibat flu biasa muncul secara perlahan.
- Anosmia akibat Covid-19 tidak disertai gejala lain. Sementara anosmia akibat flu biasa kerap disertai gejala lain seperti hidung mampet, ingusan, hingga sulit bernapas.
- Pada flu biasa, penderita biasanya memiliki sekret kental yang keluar dari hidung.
Baca Juga: Ini 11 gejala Covid-19 yang sering muncul, wajib kita kenali
Jika memang merasakan anosmia dan diduga merupakan anosmia akibat Covid-19, Yonian menyarankan untuk tes PCR dan melakukan karantina mandiri sambil menunggu hasil PCR.
"Kalau belum tahu status kita apa tapi sudah keluar gejala, lakukan karantina sampai hasil PCR keluar agar tidak menularkan," ujarnya.