kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kemkes: Kekurangan gizi kini di kalangan remaja


Sabtu, 27 Februari 2021 / 13:07 WIB
Kemkes: Kekurangan gizi kini di kalangan remaja
ILUSTRASI. Anhka stunting pada balita turun


Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia merupakan negara yang memiliki permasalahan gizi. Namun seiring waktu, persoalan gizi di Indonesia semakin membaik. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, prevalensi balita kurang gizi, stunting, dan gizi menurun dibandingkan tahun 2013.

Meski demikian, terdapat masalah gizi kurang, dan muncul masalah gizi di kalangan remaja.

Salah satu kekurangan gizi di usia remaja yang masih terjadi diantaranya anemia. Padahal kekurangan gizi di usia remaja berdampak jangka pendek di kehidupan sehari hari remaja dalam belajar dan beraktivitas, dan dampak jangka panjang pada masa kehidupan dan generasi selanjutnya.

Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, DR Dhian P Dipo MA mengatakan, upaya mencegah anemia erat kaitannya dengan asupan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Data Susenas pada 2015 hingga 2019 memperlihatkan perbaikan pola konsumsi penduduk, di mana terdapat peningkatan asupan energi dan protein masyarakat.

Secara nasional rata-rata konsumsi energi dan protein sudah di atas standar kecukupan gizi.

Namun demikian, perbaikan pola konsumsi harian masih perlu ditingkatkan ke arah yang lebih baik, di mana kecenderungan mengonsumsi makanan berisiko kesehatan seperti makanan tinggi gula, garam dan lemak meningkat, serta hanya 1 dari 10 orang penduduk Indonesia yang cukup konsumsi sayur dan buahnya.

"Buah dan sayur memberikan sumbangan vitamin dan mineral yang penting untuk kelancaran fungsi tubuh, menjaga imunitas dan tentunya juga menjaga tubuh tetap sehat bebas anemia. Kondisi ini memperlihatkan bahwa konsumsi harian kita masih belum bergizi seimbang," kata Dhian dalam Webinar dengan tema "Remaja Sehat Bebas Anemia 'Cermati pilihan panganmu untuk penuhi gizi seimbang mu" dalam rangka Hari Gizi Nasional (HGN) ke-61, Jumat (26/2).

Baca Juga: Beleid vaksin gotong royong terbit, target untuk pekerja, biaya dibebankan perusahaan

Dia menambahkan, konsumsi gizi seimbang yang divisualisasikan dengan isi piring ku setiap kali makan bila diterapkan dengan benar dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup sehat. Konsumsi gizi seimbang dengan minum tablet tambah darah (TTD) 1 kali seminggu terutama pada remaja puteri dapat mencegah terjadinya anemia.

Menurut Dhian, saat ini masih terdapat tantangan terkait pola konsumsi masyarakat. Namun, sudah banyak potensi baik yang sudah dan terus dijalankan para remaja melalui pendidikan program gizi di sekolah dan di masyarakat.

"Saya sangat mengapresiasi kegiatan para remaja yang berkontribusi untuk perbaikan gizinya. Pengetahuan dan aktivitas baik ini semoga dapat dapat ditularkan kepada keluarga, teman dan masyarakat, demi terciptanya generasi Indonesia bebas masalah gizi dan maju," ujarnya.

Sementara Perekayasa Pusat Teknologi Agroindustri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dr Noer Laily menyatakan, remaja mengalami masalah gizi mikronutrien karena sejumlah faktor. Faktor 

tersebut adalah kesadaran akan pemenuhan gizi pada remaja putri masih kurang, kesadaran untuk mengadopsi pola makanan gizi seimbang masih kurang, masih rendahnya konsumsi buah dan sayur, belum terpenuhinya kecukupan protein hewani, dan kurang aktivitas fisik.

Terkait anemia, lebih dari 50%, kasus anemia disebabkan karena rendahnya daya serap zat besi. "BPPT menghasilkan inovasi makanan pendamping untuk melengkapi asupan zat gizi membantu cegah anemia. Makanan pendamping ini adalah Purula," tutur Noer.

Ia menjelaskan, Purula mengandung hidrolisat kedelai (biopeptida) yang berfungsi meningkatkan penyerapan zat besi dalam darah. Seperti diketahui, zat besi, asam folat dan vitamin B12 berperan dalam pembentukan sel darah merah, serta rumput laut yg kaya akan cita rasa, serat pangan dan mineral. 

"Hasil uji efikasi menunjukkan konsumsi Purula dapat meningkatkan kadar serum Feritin dan penyerapan zat besi secara signifikan," kata Noer.

Tahun ini, BPPT memiliki program menyebarkan 50.000 sachet Purula ke sekolah dan puskesmas. Mengenai manfaat Purula untuk mencegah anemia, instagram BPPT akan memberi penjelasan.

Dosen Departemen Gizi Masyarakat IPB University, Prof Dr Ir Dodik Briawan menjelaskan pentingnya gizi seimbang bagi remaja dan manfaat protein untuk perkembangan dan daya tahan tubuh. Dalam paparannya, Dodik menyatakan gizi seimbang diwujudkan dengan slogan Kemenkes "Isi Piringku".

"Dilihat porsi agar seimbang antara kebutuhan dan yang dimakan. Isi piringku dengan lauk pauk sepertiga dari setengah piring, karbohidrat dua pertiga dari setengah piring, buah-buahan sepertiga dari setengah piring, sayuran dua pertiga dari setengah piring," ujar Dodik.

Baca Juga: Per Jumat (26/2): Kasus Corona RI tembus 1.322.866, patuhi selalu protokol kesehatan

Program Manager Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) Eny Kurnia memiliki cara tersendiri untuk menyosialisasikan pangan sehat. GAIN memiliki program "Saya Pemberani" yang melibatkan anak muda sejak 2019 sampai 2020. Melalui program ini, GAIN mendapatkan ide-ide kreatif dari anak muda untuk gizi pangan yang baik untuk promosi gizi seimbang.

GAIN juga menginisiasi "Pelajar Peduli Gizi". Dua pelajar peduli gizi Dini Novita dan Defi Dina dari SMPN 5 Tanggul, Kabupaten Jember, Jawa Timur, berhasil membuat komunitas untuk mengedukasi para remaja mengenai makanan yang bergizi dan aman.

Selanjutnya: 6 Tempat dengan risiko tinggi penularan virus corona menurut WHO

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×