kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kasus Demam Berdarah 2022 Mulai Naik, Ini Ciri-Ciri DBD Pada Bayi dan Balita


Selasa, 27 September 2022 / 08:33 WIB
Kasus Demam Berdarah 2022 Mulai Naik, Ini Ciri-Ciri DBD Pada Bayi dan Balita
ILUSTRASI. Kasus Demam Berdarah 2022 Mulai Naik, Ini Ciri-Ciri DBD Pada Bayi dan Balita


Sumber: Kementerian Kesehatan RI,Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Cermati ciri-ciri demam berdarah dengue (DBD) pada bayi dan balita. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengingatkan kasus DBD cenderung meningkat saat memasuki musim penghujan.

Mengenali ciri-ciri DBD pada bayi dan balita sangat penting diketahui para orang tua. Pasalnya, bayi dan balita adalah kelompok rentan terhadap DBD.

Orang tua wajib mengetahui ciri-ciri DBD pada bayi dan balita agar tidak terlambat memeriksakan buah hati ke dokter. Terlambat mengetahui ciri-ciri DBD pada bayi dan balita bisa membahayakan keselamatan nyawa.

Mengutip keterangan di website resmi Kemenkes, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) sampai Minggu ke 36 tahun 2022 mencatat jumlah kumulatif kasus konfirmasi DBD dari Januari 2022 dilaporkan sebanyak 87.501 kasus (IR 31,38/100.000 penduduk) dan 816 kematian (CFR 0,93%).

“Secara umum terjadi peningkatan kasus Dengue. Kasus paling banyak terjadi pada golongan umur 14-44 tahun sebanyak 38,96 persen dan 5-14 tahun sebanyak 35,61 persen,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta, Kamis (22/9).

Baca Juga: Inilah Ciri-Ciri DBD Pada Anak & Orang Tua, Kenali Juga Nyamuk Penyebab DBD

Pihaknya mengungkapkan penambahan kasus DBD berasal dari 64 kabupaten/kota di 4 provinsi diantaranya Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Kalimantan Timur.

Kabupaten/Kota yang mencatat kasus DBD tertinggi diantaranya Kota Bandung dengan 4.196 kasus. Kasus DBD di Kabupaten Bandung sekitar 2.777 kasus, Kota Bekasi dengan 2.059 kasus, Kabupaten Sumedang sekitar 1.647 kasus, dan Kota Tasikmalaya dilaporkan sebanyak 1.542 kasus.

Maxi mengungkapkan pihaknya terus melakukan upaya pengendalian dan pencegahan DBD yang masif dan simultan dengan melibatkan seluruh pihak baik tingkat pusat maupun daerah.

Pada 6 September lalu, Kemenkes melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular telah mengirimkan surat kepada seluruh Kepala Daerah di Indonesia mulai dari tingkat Provinsi hingga Kabupaten/Kota. Surat itu meminta agar Dinas Kesehatan meningkatkan kewaspadaan dengan aktif melakukan pengendalian DBD lebih dini, caranya :

Melakukan upaya pencegahan dan pengendalian melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus di tempat – tempat umum dan tempat – tempat institusi untuk mencapai Angka Bebas Jentik > 95 %.

“Gerakan ini sebaiknya dilakukan sebelum masa penularan atau peningkatan kasus terjadi,” ujar Dirjen Maxi.

“Pelaksanaanya bisa dilakukan pada titik terendah untuk menekan peningkatan kasus atau Kejadian Luar Biasa (KLB) pada saat musim penularan atau musim penghujan,” imbuh Dirjen Maxi.

Selanjutnya, memperkuat surveilans Dengue/DBD yang dapat dimonitor sebagai alat untuk melakukan kewaspadaan dini terhadap peningkatan kasus serta melakukan respon cepat penanggulangan kejadian luar biasa (KLB).

Melakukan pengendalian vektor secara terpadu baik kegiatan program yang dilaksanakan maupun unit atau sektor yang terlibat (pemerintah, swasta, masyarakat).

Meningkatkan deteksi dini infeksi Dengue di puskesmas dengan memeriksa pasien suspek dengue menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT) Antigen Dengue NS1 atau RDT Combo. Rapid tersebut dapat digunakan pada suspek Dengue mulai hari 1 – 5 kejadian demam.

Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) terhadap setiap kasus Dengue baik suspek (presumtive) Dengue, probable, confirmed.

Membentuk atau merevitalisasi kembali Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL) Dengue/DBD di tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan.

Kegiatan penanggulangan Dengue/DBD dimasukkan dalam kegiatan perencanaan daerah dan memperkuat regulasi penanggulangan Dengue/DBD baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan sampai kepada tingkat desa/kelurahan.

Penganggaran kegiatan program yang memadai secara berkesinambungan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dalam penanggulangan Dengue/DBD.

Tetap memperhatikan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dalam setiap kegiatan pencegahan dan pengendalian DBD.

“Upaya pengendalian sejak dini ini, kami harapkan bisa dilaksanakan secara terpadu, masif, total, berkesinambungan dan tepat sasaran agar kasus DBD bisa kita tekan,” kata Dirjen Maxi.

Terkahir, Dirjen Maxi juga meminta agar Dinas Kesehatan aktif melakukan sosialisasi dan edukasi secara sederhana kepada masyarakat seputar tanda, gejala, upaya pencegahan dan penanganan DBD untuk menemukan penderita sedini mungkin serta mengurangi resiko kematian akibat Dengue.

“Penyebarluasan informasi kepada masyarakat tentang tanda dan gejala Dengue sangat penting agar tidak terjadi keterlambatan di masyarakat untuk menangani penderita dan keterlambatan dalam hal rujukan penderita ke fasyankes,” pesan Dirjen Maxi.

Ciri-ciri DBD pada bayi dan balita

Mengutip Kompas.com, ciri-ciri DBD adalah demam tinggi dan ruam (bintik merah) pada kulit. Kebanyakan orang dengan demam berdarah, akan sakit selama sekitar 10 hari dan dengan pengobatan yang tepat akan sembuh.

Nyamuk betina penyebar virus dengue, tidak seperti kebanyakan nyamuk jenis lain, bisa menggigit kapan saja sepanjang hari. Nyamuk ini berkembang biak dalam cuaca hangat dan lembab dan pada genangan air.

Inilah sebabnya mengapa jumlah kasus DBD meningkat selama musim hujan. Lalu bagaimana ciri-ciri DBD pada bayi dan balita, apakah sama dengan yang terjadi pada orang dewasa?

Berikut ciri-ciri DBD pada bayi dan balita menurut situs Lancaster Pediatric Assc (Lancped.com) dan Babycenter.com:

Ciri-ciri DBD pada bayi dan balita biasanya dimulai dengan gejala demam tinggi, pilek, batuk dan ruam pada kulit, nyeri di belakang mata dan persendian, sakit di bagian punggung dan sakit kepala.

Ciri-ciri DBD lainnya adalah menyebabkan anak kehilangan selera makan, mual dan muntah.

Demam tinggi bisa datang dan pergi selama seminggu. Setelah demam awal, beberapa anak mungkin akan menunjukkan ciri-ciri DBD yang lebih parah berupa tanda-tanda perdarahan, seperti:

  • Bercak merah
  • Perdarahan dari hidung, mulut, atau gusi
  • Muntah darah
  • Kotoran terlihat seperti tar hitam
  • Sakit perut parah
  • Muncul tanda-tanda syok, misalnya tekanan darah turun dengan cepat

Demam yang tidak diobati bisa berkembang menjadi demam berdarah dengue (DBD) yang dapat menyebabkan perdarahan, gagal hati, kejang dan bahkan kematian.

Kebanyakan penderita demam berdarah akan merasa sangat lemah dan dapat berlangsung selama beberapa waktu, walau penderita sudah dinyatakan sembuh.

Itulah ciri-ciri DBD pada bayi dan balita yang harus diwaspadai. Segera hubungi dokter jika ada ciri-ciri DBD pada bayi dan balita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×