kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Kampanye Negatif Dapat Meningkatkan Masalah Kesehatan Publik


Selasa, 01 Maret 2022 / 22:04 WIB
Kampanye Negatif Dapat Meningkatkan Masalah Kesehatan Publik
ILUSTRASI. Pekerja memasang stiker komitmen dalam mensosialisasikan Gerakan Pencegahan Penyalahgunaan Rokok Elektrik


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

Berdasarkan laporan Komisi Perdagangan Federal, penjualan rokok mencapai 203,7 miliar batang pada 2020. Meningkat 0,8 miliar batang dibandingkan pada 2019 lalu. Ini merupakan peningkatan pertama dalam penjualan rokok dalam 20 tahun terakhir.

“Mereka diberitahu berulang kali bahwa produk tembakau alternatif yang digunakan oleh jutaan konsumen dewasa untuk berhenti merokok sama berbahayanya dengan rokok,” ujar Yael.

Faktanya, dengan hadirnya produk tembakau alternatif, persentasi perokok sempat mengalami penurunan hingga 14% pada 2019 lalu.

“Peningkatan angka perokok ini menunjukkan hasil bahaya yang sebenarnya, yaitu ketika pelobi kelompok kesehatan yang bermuatan politik berusaha untuk memadamkan alternatif dari rokok,” tegas Yael.

Baca Juga: Produk Tembakau Alternatif Dibayangi Misinformasi

Menanggapi hal tersebut, Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO) Dimas Syailendra Ranadireksa berpendapat, kampanye negatif terhadap produk tembakau alternatif, terutama di Indonesia, perlu ditekan dengan menghadirkan informasi yang akurat dan kredibel. Apabila terus dibiarkan, maka permasalahan kesehatan publik akan semakin meningkat.

“Prevalensi merokok di Indonesia sudah menyentuh 65 juta jiwa, salah satu yang tertinggi di dunia. Kampanye negatif hanya akan semakin menjauhkan perokok dewasa Indonesia dari produk tembakau alternatif yang bisa menjadi solusi komplementer menekan prevalensi merokok di negara ini,” ucap Dimas.

Dimas melanjutkan aktivitas merokok berkorelasi dengan berbagai macam penyakit seperti kanker paru-paru, kanker kerongkongan, penyakit jantung koroner, hingga stroke.

Dengan fakta bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan rokok, Dimas berharap perokok dewasa bisa beralih ke produk tersebut demi meringankan masalah kesehatan.

“Produk tembakau alternatif memiliki manfaat yang besar demi mendorong perbaikan kesehatan publik. Pemerintah harus aktif dalam menekan kampanye negatif terhadap produk tembakau alternatif dengan menggandeng dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait demi terciptanya peralihan perokok dewasa ke produk yang lebih rendah risiko ini,” tutup Dimas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×