kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Catat, demam juga pertanda serangan Ebola


Selasa, 07 Maret 2017 / 13:43 WIB
Catat, demam juga pertanda serangan Ebola


Reporter: Yulianita Daiva | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Tahun lalu, virus Ebola kembali muncul di Afrika. Ini merupakan serangan yang kesekian kali setelah virus Ebola muncul pertama kali dan mewabah pada tahun 1976 di Sudan dan Republik Kongo. Lalu bagaimana jika ada serangan virus Ebola? Apa tanda-tandanya?

Pakar kesehatan Maria Charlotte, alumnus kedokteran Universitas Indonesia dan Melbourne University mengatakan, Ebola cepat menjadi pandemik sebab gejalanya yang menyerupai penyakit umum lainnya. Saat penderita sakit, ia tetap beraktivitas seperti biasa atau mendapatkan perawatan dari keluarga atau kerabat. "Akhirnya terjadi kontak fisik dengan orang lain yang memfasilitasi penularan virus,” ujar Maria.

Pasalnya, penularan Ebola terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau kulit penderita. Masa inkubasinya dari 2 sampai 21 hari, umumnya antara 5 sampai 10 hari.

Jika sudah terinfeksi maka angka harapan hidup pasien menjadi hampir 0%. Oleh sebab itu, Ebola dianggap sebagai salah satu penyakit paling berbahaya di dunia dengan tingkat kematian 90%.

Bahkan pada pasien yang telah sembuh dari Ebola, mereka disarankan untuk menghindari kontak fisik serta hubungan seksual dengan lawan jenis hingga dua minggu setelah dinyatakan sembuh. Sebab, ada kemungkinan virus aktif masih berada dalam tubuh pasien. 

Karenanya, dokter yang mendalami Ilmu Penyakit Dalam Tropik Infeksi di RS Cipto Mangunkusumo ini menyarankan untuk bagi mereka yang baru saja pulang dari Afrika dan sekitarnya untuk mewaspadai gejala-gejala di bawah ini.

  1.  Sakit kepala
  2.  Demam
  3.  Nyeri pada otot dan sendi
  4.  Sakit tenggorokan
  5.  Merasa sangat lemas

“Penting untuk segera mengunjungi dokter, jika gejala tersebut muncul. Biasanya dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan, apabila pasien dirasa cukup berisiko, maka dokter akan melakukan observasi lanjutan dan menjalankan beberapa tes,” ujar Maria.

Karena pasien akan menunjukkan gejala lanjutan, diantaranya: 

  1.  Sakit perut.
  2.  Ruam.
  3.  Diare.
  4.  Muntah.
  5.  Gangguan fungsi hati dan ginjal.
  6.  Perdarahan dalam tubuh yang terkadang keluar lewat mulut, mata, hidung ataupun telinga.

Sementara, metode diagnosis penyakit Ebola termasuk pengujian sampel air liur dan urin. Ebola didiagnosis dengan tes Enzyme-Linked ImmunoSorbent Assay (ELISA). Metode diagnosis ini telah menghasilkan hasil yang berpotensi ambigu selama situasi non-wabah.

Jika seseorang positif didiagnosis menderita Ebola, pasien tersebut akan menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Maria menambahkan, “Penanganan medis yang cepat dan tepat akan menjadi kunci utama dalam meningkatkan kemungkinan keselamatan penderita. Meskipun belum ditemukan obat untuk memberantas virus Ebola.”

Selama penanganan, pasien akan menerima cairan dari infus untuk mencegah dehidrasi. Dengan demikian, selama tubuh memerangi penyakit Ebola, tekanan darah, kadar oksigen dalam darah, serta fungsi organ-organ tubuh pasien harus dipertahankan semaksimal mungkin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×