kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,80   -7,56   -0.81%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jangan melakukan rapid test antigen secara mandiri, ini bahayanya!


Rabu, 20 Januari 2021 / 10:10 WIB
Jangan melakukan rapid test antigen secara mandiri, ini bahayanya!
ILUSTRASI. Rapid test antigen tidak boleh dilakukan secara mandiri atau dilakukan bukan oleh ahlinya. KONTAN/Baihaki/19/01/2021


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapid test antigen tidak boleh dilakukan secara mandiri atau dilakukan bukan oleh ahlinya. Menurut Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, jika hal itu dilakukan maka akan berpotensi munculnya false positive atau false negative. 

Hasil tersebut diakibatkan karena kesalahan mendasar dari teknik atau pemahaman pemeriksaan penunjang. Karena itu membaca hasil tes harus dilakukan oleh dokter atau tenaga ahli. 

"Di Australia sekalipun tidak ada pemeriksaan antigen sendiri. Karena berbahaya. Banyak negara maju mendasarkan rapid test antigen based on lab. Tetap ada lab walaupun kecil," ujar Dicky kepada Kompas.com, (17/1/2021). 

Bahaya rapid antigen mandiri 

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com, (5/1/2021), dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT), DR dr Sarwastuti Hendradewi, SpTHT-KL(K) mengatakan, ada beberapa risiko kesehatan yang bisa terjadi jika swab tidak dilakukan oleh tenaga profesional. 

Baca Juga: Aturan perjalanan pesawat terbang di Bandara Soeta akan diubah lagi, ini rencananya

Kesalahan hasil pemeriksaan 

Kesalahan dalam pengambilan sampel untuk pemeriksaan bisa memberikan hasil yang tidak tepat. Menurutnya, bisa jadi hasil pemeriksaannya harusnya positif, tapi karena tempat pengambilannya salah, hasilnya menjadi negatif. 

Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah swab nasofaring dilakukan melalui lubang hidung. Dalam hidung terdapat banyak pembuluh darah dan lapisan kulit dalam (mukosa) yang tipis. Oleh karena itu, orang awam yang tidak memahami struktur anatomi hidung dan tidak mengetahui bagian yang harus diambil tidak diperkenankan untuk melakukan swab mandiri. 

Baca Juga: Catat 16 lokasi layanan rapid test antigen dari Lion Air dan jadwalnya

Pendarahan di hidung 

Dewi menjelaskan, penyebab munculnya rasa sakit ini karena orang yang hendak di-swab memiliki struktur hidung bengkok, sehingga rongga hidung lebih sempit. Hal ini juga berpotensi membuat tangkai yang terkena mukosa putus dan berakibat terjadi pendarahan di hidung atau epistaksis. 

Epistaksis atau pendarahan yang banyak merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan di bidang THT, di mana kondisi ini harus ditangani dengan segera. 

Ia menjelaskan, risiko pendarahan juga dapat terjadi jika tangkai swab mengenai pembuluh darah, apalagi di hidung banyak sekali pembuluh darah yang mudah pecah. 

Baca Juga: Terbaru! Aturan perjalanan keluar-masuk Kota Bandung

Syok dan panik

Selain itu, pendarahan yang banyak dapat menimbulkan syok karena panik dan menyumbat jalan napas. 

Dari berbagai risiko tersebut, Dewi mengingatkan, sebaiknya swab atau rapid antigen dilakukan oleh tenaga profesional yang sudah mengetahui tekni swab dan struktur anatomi hidung dengan baik. Sebab, tindakan ini dapat meminimalkan risiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. 

Petugas yang melakukan swab juga sebaiknya dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) lengkap agar tidak terpapar virus. 

Baca Juga: Terbaru! Daftar stasiun penyedia layanan antigen dan harganya

Viral di media sosial 

Sebelumnya topik mengenai rapid test antigen mandiri ramai dibicarakan di media sosial Twitter, Jumat (15/1/2021). Salah seorang warganet menyebutkan, tes mandiri berupa swab antigen biasa dilakukan dan hal itu tidak masalah.  

"Ga usah heran bang, kalo antigen bisa mandiri gak kayak PCR. kemarin gue di kantor tes swab antigen mandiri, colok sendiri, walaupun ada nakes yang dateng cuma kasih tau caranya untuk swab antigen mandiri. jadi gak masalah. udah gausah rame," tulis salah satu pengguna Twitter.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bahaya Rapid Antigen Mandiri, dari Hasil Tak Akurat hingga Pendarahan"
Penulis : Retia Kartika Dewi
Editor : Rizal Setyo Nugroho

Selanjutnya: Aturan perjalanan diperpanjang dan diperketat hingga 25 Januari

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×