Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Virus corona sudah menyebar ke berbagai negara. Bersamaan itu, penelitian tentang virus corona gencar dilakukan untuk menemukan pengobatan dan pencegahan. Terbaru, para peneliti publikasikan sejumlah penelitian terkait virus corona.
Berdasarkan data Worldometers, Minggu (25/10/2020), virus corona telah menginfeksi sebanyak 42.990.580 orang di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 31.707.974 pasien dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan 1.155.437 lainnya meninggal dunia.
Oleh karena itu, pengungkapan misteri Covid-19 yang dilakukan para ilmuwan ini sangat penting untuk mendukung pembuatan obat, vaksin, dan menentukan langkah pencegahan.
Berikut sejumlah penelitian baru terkait virus corona yang dirilis para ilmuwan.
Efektivitas plasma darah
Sebuah studi yang diterbitkan British Medical Journal (BMJ) menunjukkan pengobatan menggunakan plasma darah pasien yang pulih tak banyak berpengaruh pada pasien virus corona. Hasil studi itu didapatkan setelah meneliti 400 pasien Covid-19 yang tengah dirawat di rumah sakit seluruh India, antara April dan Juli 2020.
Baca juga: Virus corona di AS semakin parah, banyak pejabat di Gedung Putih positif Covid-19
Mereka kemudian dibagi menjadi dua kelompok, satu di antaranya menerima dua transfusi plasma selang 24 jam dan mendapat perawatan terbaik. Usai 7 hari, beberapa gejala seperti sesak napas dan kelelahan terlihat membaik.
Namun, pengobatan itu tak mengurangi kemungkinan kematian atau peningkatan gejala menjadi parah. "Percobaan dapat menunjukkan efek kecil pada tingkat di mana pasien dapat terbebas dari virus, tetapi ini tidak cukup untuk meningkatkan pemulihan mereka dari penyakit," kata Simon Clarke, ahli mikrobiologi seluler di Univesity of Reading.
Vaksin AstraZeneca
Baru-baru ini, satu penelitian menyebut vaksin dari AstraZeneca dinilai dapat memicu kekebalan yang kuat dari virus corona. Menurut analisis para ilmuwan independen di Inggris, hasil pengujian sementara ini bisa menjadi kabar positif. "Vaksin ini melakukan semua yang kami harapkan dan itu kabar baik dalam perjuangan kami melawan penyakit," kata ahli virologi dari University of Bristol yang juga menjadi pemimpin penelitian, David Matthews.
Vaksin AstraZeneca yang bekerja sama dengan Oxford University ini dibuat dengan mengambil virus flu biasa yang disebut adenovirus dari simpanse dan menghapus sekitar 20 persen instruksi virus.