Penulis: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Kesadaran akan kesehatan mental di Indonesia belum sepenuhnya baik, terutama yang dialami perempuan. Wanita miliki potensi mengalami masalah mental lebih tinggi dibanding pria.
Penelitian dari Homewood Health United Kingdom menunjukkan, sebesar 47 persen perempuan berisiko tinggi terkena masalah kesehatan mental dibandingkan dengan laki-laki.
Seperti yang dilansir dari situs Universitas Airlangga (Unair), pria berisiko mengalami gangguan mental 36 persen, yang artinya lebih rendah ketimbang wanita.
Perempuan berisiko mengalami depresi dua kali lebih tinggi dibanding laki-laki. Tanggungjawab yang berlebihan membuat perempuan rentan mengalami masalah kecemasan dan depresi.
Dibanding pria, perempuan cenderung hidup dalam kemiskinan yang menimbulkan rasa tidak aman dan terisolasi.
Baca Juga: Rempah masakan ini mengandung sianida, ini cara memilih kluwek yang benar
Faktor pemicu gangguan kesehatan mental perempuan
Menurut pakar psikologi Unair Ike Herdiana, ada banyak faktor yang menyebabkan perempuan rentan terkena gangguan kesehatan mental. Faktor pertama adalah tanggungjawab dalam pengasuhan anak dan anggota keluarga.
Dalam rumahtangga, sering kali beban pengasuhan anak ditanggung oleh perempuan. Pun saat salah satu anggota keluarga mengalami kecacatan atau lanjut usia, perempuan yang akan mengambil alih tanggungjawab.
"Padahal, pengasuhan itu tugas sangat berat yang seharusnya dilakukan secara seimbang oleh ibu dan ayah. Hal ini penting karena tidak hanya terkait kesetaraan peran, tapi juga tumbuh kembang anak,” jelas Ike seperti yang dikutip dari situs Unair.
Faktor selanjutnya adalah pelecehan dan kekerasan seksual. Faktor ini sering terjadi pada anak-anak dan perempuan.
Dampak dari kedua hal tersebut bisa menyebabkan trauma dan Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD serta dampak mental jangka panjang.
Baca Juga: Catat, ini kuota dan syarat pendaftaran di sekolah kedinasan Kemenhub 2021
Sayangnya, lingkungan di Indonesia masih tidak ramah dan terkesan diskriminatif. Lingkungan seperti ini bisa mempengaruhi kesehatan mental.
Ike menambahkan, stigma seperti jam kerja dan pakaian masih sering ditemui di masyarakat yang justru menyudutkan perempuan.
Beauty standard atau standar kecantikan juga bisa memicu perempuan mengalami gangguan mental seperti stres. Sebanyak 80 persen perempuan pernah mengalami gangguan makan akibat stres saat menjalani diet.
Dengan fakta tersebut, Ike mendorong perempuan untuk lebih terbuka agar terhindar dari risiko gangguan mental.
Dengan ada kesadaran dan dukungan dari orang-orang terdekat, perempuan bisa menjadi pribadi yang positif, percaya diri, optimis, serta lebih menghargai diri sendiri.
Selanjutnya: Tips mencegah bau mulut saat menjalankan puasa ini mudah Anda terapkan, yuk coba
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News