Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata
Varian ini menimbulkan infeksi dengan gejala berbeda dari sebelumnya
Di kawasan tenggara China, salah satu tempat tingkat penularan varian Delta yang tinggi, para dokter mencermati adanya perbedaan gejala. Mereka yang terinfeksi varian Delta mengalami pemburukan kondisi kesehatan lebih cepat dibandingkan mereka yang terinfeksi varian awal virus corona.
Sebuah studi di Inggris menemukan hasil yang sama. Sejak awal Mei, gejala yang paling sering dilaporkan oleh mereka yang terinfeksi virus corona adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek dan demam. “Lebih sedikit yang mengalami batuk. Sedangkan kehilangan indera penciuman tidak lagi masuk dalam daftar 10 gejala yang paling sering dialami,” tutur Tim Spector, pimpinan dari studi tersebut.
Baca Juga: Inilah update terbaru 31 tempat isolasi mandiri pasien corona di Jakarta
Meningkatkan risiko rawat inap
Menurut sebuah studi Skotlandia yang diterbitkan di The Lancet pada 14 Juni lalu, varian Delta meningkatkan risiko rawat inap hingga dua kali lipat dibandingkan dengan varian Alpha. Kesimpulan itu merujuk ke 19.543 kasus komunitas Covid-19 dan 377 rawat inap yang dilaporkan di Skotlandia antara 1 April dan 6 Juni 2021. Orang yang memiliki penyakit penyerta alias komorbid memiliki risiko lebih besar untuk dirawat di rumah sakit.
Mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap lebih terlindungi
Merujuk ke studi yang disebut di atas, terungkap bahwa mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap memiliki risiko lebih rendah untuk menjalani rawat inap.
Namun menurut studi yang digelar Public Health England (PHE), dosis pertama vaksin Covid-19 tidak terlalu efektif untuk melindungi seseorang dari virus varian Delta, dibandingkan dari virus varian Alpha.
Baca Juga: Hadapi pandemi, Apical bagikan sembako ke masyarakat di sekitar lokasi perusahaan
Di Indonesia, celakanya, varian Delta sudah teridentifikasi di sejumlah daerah. Satgas Penanganan Covid-19 pun menyebut varian ini sebagai salah satu penyebab tingginya kasus baru infeksi virus Corona selama satu-dua pekan terakhir.
“Varian Delta telah banyak ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Seperti hasil yang didapat dari penelitian ilmiah di berbagai negara, tentunya itu virus yang berbahaya,” ujar Wiku Adisasmito, jurubicara Satgas, Kamis (16/6). Namun, perlu penelitian lebih lanjut tentang varian Delta. Tujuannya, untuk memastikan bahwa varian yang berbahaya di satu negara, juga berbahaya di negara lain.
"Langkah-langkah tersebut, efektif mencegah penularan virus corona varian apa pun. Yang utama kita lakukan adalah menjalankan protokol kesehatan, menjaga jarak, mencuci tangan, dan menggunakan masker. Karena dengan 3M itu, apa pun variannya pasti tidak akan meningkatkan penularan," kata dia.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun
Selanjutnya: Indonesia dapat utang US$ 500 juta dari Bank Dunia untuk vaksinasi & tangani pandemi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News