Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Varian Delta menghantui dunia selama tiga bulan terakhir. Virus corona jenis inilah yang menjadi penyebab lonjakan infeksi baru Covid-19 di berbagai negara.
Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia, Soumya Swaminathan, yang dikutip Reuters Jumat (18/6), memprediksi varian Delta akan menjadi virus corona yang paling dominan di dunia. Proyeksi semacam itu merujuk ke tingkat penularan varian ini yang terbilang tinggi.
Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian ini telah menyebar hingga lebih dari 80 negara per 16 Juni. Padahal, virus ini baru teridentifikasi enam bulan lalu, tepatnya akhir 2020 di India.
Baca Juga: Inilah update terbaru 31 tempat isolasi mandiri pasien corona di Jakarta
Berikut beberapa fakta tentang varian Delta:
Varian ini menyebar secara cepat ke berbagai penjuru dunia
Varian yang memiliki nama lain B.1.617.2 pertama kali teridentifikasi pada akhir tahun 2020 di India. Berselang sekitar empat bulan dari waktu identifikasinya, varian ini menjadi penyebab gelombang infeksi Covid-19 di India.
Dua bulan setelah itu, varian ini menurut data WHO, telah menyebar ke lebih dari 80 negara. Mengutip keterangan yang termuat di situs Gavi, WHO memproyeksikan varian ini akan mencengkeram Eropa. Sementara di Amerika Serikat, varian Delta disebut sebagai penyebab 10% dari total infeksi virus corona.
Baca Juga: Depok buka vaksinasi Covid-19 bagi warga usia 18 tahun ke atas, begini cara daftarnya
Terkesan lebih mudah menular
Tingginya tingkat penularan varian ini terlihat di Inggris. Mengutip keterangan di situs Gavi, varian Delta kini tercatat sebagai penyebab 90% dari kasus infeksi baru Covid-19 di Inggris. Padahal, varian ini baru terdeteksi di Inggris pada Februari lalu.
Sebelum varian Delta terdeteksi, kebanyakan kasus infeksi virus corona di Inggris disebabkan oleh varian Alpha. Varian yang juga memiliki nama B.1.1.7 itu pertama kali terdeteksi di Kent.
Tingkat penularan varian Alpha sejatinya juga tinggi, bisa mencapai 90% lebih menular dibandingkan varian asli virus corona. Namun, varian Delta jauh lebih menular dibandingkan Alpha. Mengutip situs Gavi, tingkat penularan varian Delta dibandingkan varian Alpha berkisar 30% hingga 100%.
Para ilmuwan kini menyelidiki penyebab tingginya tingkat penularan varian Delta. Hasil penelitian sejauh ini membuktikan adanya perubahan kecil pada protein berupa mahkota yang meningkatkan kemampuan varian ini untuk mengikat reseptor ACE2 yang digunakannya untuk masuk ke sel manusia.
Studi lain, yang belum memasuki tahap tinjauan sejawat, menemukan varian ini mengalami mutasi, yang meningkatkan kemampuannya untuk menyatu dengan sel manusia begitu ia menempel. Jika virus dapat menempel dan menyatu dengan lebih mudah, virus itu mungkin dapat menginfeksi lebih banyak sel kita, yang mungkin membuatnya lebih mudah untuk membanjiri pertahanan kekebalan kita.