kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.921   9,00   0,06%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Ini Cara Penularan Hepatitis Akut pada Anak, Orangtua Perlu Waspada


Senin, 09 Mei 2022 / 12:07 WIB
Ini Cara Penularan Hepatitis Akut pada Anak, Orangtua Perlu Waspada
ILUSTRASI. Ini Cara Penularan Hepatitis Akut Anak, Orangtua Perlu Waspada.


Penulis: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID - Kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya atau misterius menggemparkan masyarakat, terlebih karena penyakit ini menyerang anak-anak. 

Berdasarkan laporan dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO, kasus hepatitis akut pada anak pertama kali ditemukan di Inggris pada awal April lalu. 

Hingga 1 Mei 2022, penyakit yang menyerang organ hati ini telah menyebar di 20 negara, termasuk Indonesia. 

Menurut Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Dwi Prasetyo, hepatitis misterius sejatinya merupakan hepatitis yang tidak diketahui etiologinya. 

Hal ini diketahui setelah dilakukan pemeriksaan awal yang dilakukan otoritas kesehatan Inggris terhadap anak-anak yang terindikasi terkena penyakit hepatitis misterius. 

Penyakit hepatitis yang biasa diketahui masyarakat adalah hepatitis A, B, C, D, dan E. Namun, menurut kejadian dam pemeriksaan di Inggris tersebut, ternyata negatif kelima hepatitis yang sudah diketahui.  

"Makanya, mereka (otoritas kesehatan Inggris) melaporkan jenis hepatitis yang tidak diketahui etiologinya atau jenis hepatitis non A, B, C, D, E," kata Prof Dwi seperti dikutip dari situs Unpad. 

Baca Juga: Link dan Cara Lihat Hasil Seleksi Rekrutmen Bersama BUMN 2022, Siang Ini Diumumkan

Penyelidikan penyebab hepatitis terus dilakukan

Hingga saat ini, penyelidikan untuk mengetahui penyebab dari hepatitis akut ini terus dilakukan. Di Indonesia sendiri, Kementerian kesehatan (Kemenkes) mengimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini. 

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) kemudian merespons dengan mengeluarkan imbauan kewaspadaan dini, khususnya untuk dokter anak, dokter umum, tenaga kesehatan, dan juga masyarakat umum. 

Prof. Dwi yang juga Kepala Divisi Gastrohepatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad, menjelaskan, imbauan kewaspadaan IDAI tersebut dikeluarkan karena ada banyak kasus hepatitis akut yang dilaporkan terjadi pada kelompok anak-anak. 

"Saat ini yang dilaporkan masih anak-anak, tetapi tidak mustahil bisa menular ke orang dewasa. Sekarang masih ditelusuri," ujarnya. 

Menurut dugaan Prof. Dwi, ada beberapa kemungkinan penularan penyakit hepatitis misterius pada anak, salah satunya perkembangan imunitas yang belum kuat. 

Hal ini diperkuat dengan laporan penularan penyakit ini yang juga terjadi pada bayi yang baru lahir. 

"Ini masih diteliti terus, nanti dilihat juga apakah anak-anak yang kena ini ada komorbid, sehat-sehat saja, atau punya gangguan imunitas," tambahnya.

Baca Juga: Tetap Jaga Berat Badan Ideal Setelah Lebaran, Ini Tips Mengatur Pola Makan

Cara penularan penyakit hepatitis 

Prof. Dwi menyebutkan, di luar kasus hepatitis misterius ini, hepatitis adalah penyakit yang rentan atau mudah menular. 

Pada hepatitis A, penularannya terjadi melalui mulut dan pola hidup yang tidak sehat. Hepatitis jenis ini rentan terjadi pada anak-anak sekolah yang kesadaran tentang menjaga kebersihan masih kurang. 

Sedangkan hepatitis tipe B dan C ditularkan melalui produk darah, seperti transfusi darah. 

"Untuk hepatitis yang tidak diketahui masih belum tahu persis menularnya lewat mulut atau transfusi. Bisa juga menular lewat semuanya," paparnya. 

Hepatitis An lebih ringan dari jenis hepatitis B dan C. Meskipun demikian, ada beberapa kasus dimana penderita hepatitis akut kemudian berkembang menjadi kronis dan menyebabkan kematian.

Namun, kematian yang disebabkan oleh hepatitis A tidak terlalu banyak. Sedangkan hepatitis B dan C cenderung lebih berat dan bisa menjadi kronis. 

Pada beberapa kasus hepatitis jenis ini bisa meningkat menjadi sirosis berupa kerusakan organ hati. Hal ini memicu kanker pada penderitanya. 

Meskipun lebih berat, penderita hepatitis B dan C tetap bisa sembung melalui pengobatan yang terus berkembang. 

Untuk hepatitis D dan E seringnya menempel atau koinsiden pada hepatitis A, B, dan C. Karenanya kedua hepatitis tersebut jarang dilakukan pemeriksaan. 

Saat ini baru ada vaksin untuk hepatitis A dan B saja. Bahkan untuk vaksinasi hepatitis B sudah masuk dalam program imunisasi nasional. 

Masyarakat bisa memperolah vaksinasi ini di tingkat layanan kesehatan primer secara gratis. 

Meskipun kedua jenis vaksin hepatitis tersebut belum diketahui mampu mencegah penularan hepatitis misterius atau tidak, Prof. Dwi menegaskan jika vaksinasi hepatitis tetap wajib dilakukan. 

Baca Juga: Produsen Wardah Buka Lowongan Kerja untuk Fresh Graduate, Banyak Posisi Dibuka

Menjaga kebersihan untuk cegah hepatitis akut

Salah satu penularan penyakit hepatitis adalah melalui pola hidup yang tidak sehat. Karenanya Prof. Dwi mengingatkan masyarakat untuk menerapkan pola hidup higenis dan sering menjaga kebersihan tubuh khususnya kebersihan tangan. 

Kendati demikian, masyarakat Indonesia telah banyak belajar menjaga kebersihan dari pandemi Covid-19. Hal ini dapat memperkuat kewaspadaan masyarakat untuk menjaga diri dari penularan hepatitis misterius. 

"Masyarakat sudah punya pengalaman tentang hidup sehat dari Covid-19. Ini salah satu cara mencegahnya," kata Prof. Dwi. 

Dia juga menyarankan jika masyarakat terindikasi tertular hepatitis untuk segera memeriksakan diri ke layanan kesehatan. 

Ciri umum penyakit hepatitis yang mudah terlihat di antaranya:

  • Mata dan kulit menguning
  • Warna urine kuning pekat
  • Gejala demam, mual, dan muntah

"Segera lapor ke Puskesmas, Sekarang tenaga kesehatan sudah diberikan pedoman dan penanganannya, mulai dari petugas kesehatan di tingkat primer. Kalau di luar kompetensinya, pasien akan dirujuk secara berjenjang," ungkap Prof. Dwi.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×