kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini alasan Indonesia bercermin dari India untuk mencegah lonjakan infeksi Covid-19


Sabtu, 24 April 2021 / 05:30 WIB
Ini alasan Indonesia bercermin dari India untuk mencegah lonjakan infeksi Covid-19


Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah negara menghambat hingga menutup lalu lintas dari dan ke India. Alasan yang mendasari keputusan berbagai negara tersebut adalah tingginya lonjakan kasus infeksi virus corona yang terjadi di India baru-baru ini.

Setelah melakukan kebijakan yang ketat di awal pandemi, seperti menutup rute penerbangan internasional pada Maret 2020, Pemerintah India mulai melonggarkan aturan pembatasan di awal Maret tahun ini.

Pelonggaran itu berujung ke munculnya gelombang kedua infeksi virus corona yang dashyat. Setahun setelah menutup rute penerbangan internasional, India membukukan jumlah infeksi kasus baru sebanyak 50.000 per hari. 

Baca Juga: Pengajuan visa bagi pelaku perjalanan dari India dihentikan sejak 22 April

Rekor penambahan kasus baru di India terus menerus terpecahkan selama April ini, terutama di akhir pekan ini. Mengutip BBC, sejak 15 April lalu, jumlah kasus infeksi baru harian di India berada di kisaran 200.000. Angka itu jauh di atas rata-rata kasus baru harian di negeri tersebut pada tahun lalu yaitu, 93.000.

Jumlah kasus baru infeksi virus corona di India mencapai puncaknya pada pekan ini. Pada Kamis (22/4), India menggusur Amerika Serikat sebagai negara yang mencatat kasus baru harian terbanyak. 

Pada hari itu, Kementerian Kesehatan India melaporkan kasus baru infeksi virus corona mencapai lebih dari 310.000. Angka itu jauh lebih tinggi daripada rekor sebelumnya, yang dicatat AS pada 8 Januari silam, yaitu 300.699 kasus.

Baca Juga: Menkes sebut dari 127 WN India masuk ke Indonesia, 12 orang positif Covid-19

Mengutip situs worldometers, per tanggal 23 April total kasus infeksi virus corona di India mencapai 16,26 juta lebih. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13,64 juta orang yang terinfeksi mampu pulih. Namun, ada 186.928 jiwa yang melayang karena infeksi virus corona di India.

Jumlah kasus infeksi harian yang tinggi, plus kehadiran B.1.617, varian virus corona yang terdeteksi di India pertama kali pada Oktober tahun lalu, menjadi alasan banyak negara untuk menghambat, bahkan menutup lalu lintas dari dan ke India.

Mengutip situs CNN, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, Uni Emirat Arab, Arab Saudi termasuk merupakan negara-negara yang membatasi, hingga melarang lalu lintas orang dari dan ke India. 

Pemerintah Indonesia, pada Jumat (23/4), mengikuti langkah negara-negara tersebut. Mengutip Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartato, Reuters memberitakan Indonesia menghentikan penerbitan visa untuk warga negara asing yang tinggal atau berada di India dalam 14 hari terakhir. 

Kebijakan itu menyusul kedatangan pesawat sewaan dari Chennai yang membawa 129 orang penumpang. Setelah dilakukan pengetesen, sebanyak 12 orang di antaranya positif terinfeksi Covid-19, demikian keterangan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang dikutip Reuters.

Gelombang kedua infeksi virus kedua yang dashyat di India juga menjadi alasan Pemerintah Indonesia untuk memperpanjang larangan perjalanan selama masa Lebaran. 

Dalam keterangan resmi di situsnya, Satgas Penanganan Covid-19 menyebut jumlah kasus positif di India selama dua bulan terakhir mengalami lonjakan yang sangat tajam. Padahal, sejak awal pandemi India erupaya menjaga kasus positif terus menurun dan berada di angka stabil rendah.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di India melonjak, Menkes: ini pelajaran bagi kita

Namun sejak pertengahan Februari 2021 hingga kini, kasus yang sebelumnya sekitar 9.000 kasus baru menjadi lebih dari 300.000 kasus baru per hari. Itu berarti, kenaikannya lebih dari 30 kali lipat, demikian kutipan dari keterangan di situs Satgas. 

"Dan perjuangan menghadapi pandemi masih berlangsung di berbagai negara. Bahkan beberapa diantaranya semakin kewalahan beberapa bulan terakhir," ujar Wiku Adisasmito, jurubicara Satgas, Selasa (22/4). 

Dashyatnya gelombang terbaru infeksi virus corona di India memang patut menjadi pelajaran bagi negara lain. Pemerintah India terlihat terburu-buru melakukan pelonggaran di awal Maret. CNN mencatat, pada awal Maret Menteri Kesehatan Federal India sudah menyatakan negerinya berada di tahap akhir pandemi.

Baca Juga: Kurva kasus lonjakan Covid-19 di India sangat terjal, hampir vertikal!

Optimisme semacam itu bisa jadi karena pencapaian program vaksinasi di negeri itu. Mengutip situs ourworldindata, sudah 1,4% penduduk di India yang menerima vaksinasi Covid-19 secara lengkap. 

Pelonggaran yang dilakukan India belakangan ini juga tidak lepas dari perayaan Kumbh Mela yang berlangsung bulan ini. Di masa perayaan itu, banyak warga dari berbagai penjuru India melakukan perjalanan ke Haridwar, yang berada di negara bagian Uttarakhand. Ritual dalam festival itu adalah berendam bersama di Sungai Gangga.

Pemerintah India pun menuai kritik karena banyaknya warga yang mengikuti perayaan ini, berujung ke peningkatan kasus baru virus corona.

Berkaca dari apa yang terjadi di India, negara-negara lain memang tidak perlu terburu-buru optimistis pandemi akan berakhir. Kendati program vaksinasi sudah bergulir, masyarakat tetap harus mengikuti protokol kesehatan. Meski ongkos dari  displin penerapan protokol kesehatan itu terbilang berat, seperti tidak melakukan tradisi mudik. 

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Bisnis Jalan Tol Tertahan Larangan Pulang Mudik Lebaran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×