kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,05   -17,44   -1.89%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia Dinilai Bisa Berperan Besar dalam Menghentikan Epidemi Tuberkulosis


Sabtu, 26 Maret 2022 / 17:00 WIB
Indonesia Dinilai Bisa Berperan Besar dalam Menghentikan Epidemi Tuberkulosis


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tuberkulosis (TB) menjadi salah satu dari 10 penyakit menular paling mematikan di dunia. Berdasarkan laporan Global Tuberculosis Report yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021, ada 9,9 juta kasus TB di dunia. Indonesia menjadi negara ketiga di dunia dengan kasus TB terbanyak setelah India dan Cina, dengan jumlah kasus sebanyak 824.000.

“Tadinya, jumlah kasus dan kematian akibat TB sudah turun di wilayah kerja WHO Asia Tenggara sepanjang 2018-2019. Hingga pada 2020 pandemi COVID-19 menurunkan pencapaian penanggulangan TB. Global Tuberculosis Report 2021 secara tegas memperingatkan kita agar kembali berkomitmen dalam penanganan TB," kata Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Program Pasca Sarjana Universitas YARSI dalam keterangannya, Sabtu (26/3).

"Dalam kesimpulan laporan tersebut disebutkan dunia saat ini notabene jauh dari jalur yang benar untuk penanggulangan TB, dengan catatan orang yang didiagnosis TB berkurang, korban meninggal pun meningkat akibat TB,” lanjutnya.

Menurutnya, momentum Indonesia sebagai presidensial konferensi tingkat tinggi G20 menjadi titik krusial untuk membahas serta menetapkan langkah-langkah penanggulangan TB secara global dan juga di Indonesia. G20 atau Group of Twenty adalah sebuah forum utama kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia terdiri dari 19 negara dan 1 lembaga Uni Eropa.

Baca Juga: Orangtua Perlu Perhatikan, Ini Tanda-Tanda Awal Autisme pada Anak

Salah satu rangkaian forum tingkat tinggi yang diselenggarakan tahun ini di Indonesia adalah Health Working Group Meeting (HWG) I yang akan berlangsung di Yogyakarta pada 28-30 Maret 2022 mendatang. Selain membahas tentang arsitektur kesehatan global sebagai salah satu agenda utama G20 tahun ini, forum HWG I G20 ini juga akan membahas TB secara khusus pada side event yang akan berlangsung 29-30 Maret 2022.

“Apa yang bisa kita hubungkan antara TB dengan Presidensi G20 yang saat ini berlangsung di Indonesia? Pertama, tentunya pada G20 ini nantinya kita ingin agar investasi untuk penanggulangan TB di dunia maupun di Indonesia secara angka bisa disepakati di akhir pertemuan G20. Ini agar TB di dunia maupun di Indonesia bisa segera tereliminasi di 2030,” ujarnya.

Menurut data organisasi The Golbal Fund, dampak bencana COVID-19 berimbas cukup signifikan pada investasi melawan TB secara global. Pada 2020 saat pandemi COVID-19 pertama kali melanda dunia, angka perawatan drug-resistant TB pada negara-negara yang mendapat investasi dari Global Fund, turun sebesar 19%. Lalu investasi untuk perawatan lanjutan bagi pasien drug-resistant TB tercatat turun sebesar 39%. 

Sedangkan jumlah perawatan pasien HIV-Positif TB turun sebesar 16%. Padahal di tahun 2018 sebelum pandemi COVID-19, pada Konferensi Tingkat Tinggi Dunia untuk Tuberculosis (United Nation High-Level Meeting on TB/UNHLM), pemimpin dunia sudah berkomitmen untuk berinvestasi sebesar US$ 15 miliar, tapi yang baru terealisasi kurang dari setengahnya hingga saat ini.

“Presidensi G20 2022 ini tentunya punya dampak yang besar karena anggotanya merupakan negara-negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Selain itu 50% masalah TB ada di negara-negara anggota G20. Inilah alasan kuat yang bisa kita angkat dalam pembahasan di G20 tahun ini,” tambahnya.

Baca Juga: 8 Ciri-ciri Asam Lambung Naik dan Penyebabnya yang Perlu Diwaspadai

Tjandra mengharapkan Indonesia bisa keluar dengan pembahasan review target mengakhiri endemi tuberculosis di 2030. Tidak hanya mengusung isu ini ke pemimpin dunia, tapi Indonesia bisa tuntas membahas komitmen dengan langkah-langkah apa yang bisa diakukan hingga 2030 mendatang.

“Poin lainnya, kita tahu bahwa dengan adanya pandemi COVID-19, penanganan TB jadi sedikit terbengkalai. Tapi sebenarnya apa yang dipelajari dari pandemi COVID-19 ini bisa kita terapkan pada penanganan TB, terutama dalam hal kolaborasi antar lembaga," kata dia.

"Ada inisiatif dan peluang yang bisa kita contoh dalam upaya penanganan pandemi COVID-19 untuk bisa kita terapkan dalam eliminasi TB di 2030 mendatang. Kalau kita bisa berperan penting dalam G20 terutama dalam pembahasan eliminasi TB, maka harapannya target bisa tercapai dengan baik,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×