Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Para ilmuwan telah melacak gejala infeksi Covid-19 baru-baru ini dengan aplikasi Covid symtomp study yang diunduh di ponsel pintar di mana pengguna dapat melaporkan gejala yang dialami selama terpapar virus corona.
Melansir Vox, Jumat (24/12/2021) data awal dikumpulkan peneliti dari 171 pengguna di Inggris yang sebagian besar sudah divaksinasi dan dikonfirmasi terpapar varian Omicron.
Kemudian, mereka melaporkan beberapa gejala utama yang dirasakan melaui aplikasi tersebut. Gejala varian Omicron yang dilaporkan antara lain:
- Pilek
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Bersin-bersin
- Sakit tenggorokan
Disebutkan para ilmuwan, gejala Omicron itu juga merupakan gejala utama bagi orang yang terinfeksi varian Delta. Sementara itu, di antara 171 orang dalam analisis data tersebut, mereka hanya menemukan setengah dari laporan demam, batuk, maupun kehilangan kemampuan perasa maupun penciuman atau anosmia.
Baca Juga: Sudah Ada 46 Kasus Omicron di Indonesia, Ketahui 10 Gejajanya
"(Laporan) gejala itu memang berbeda dari tiga gejala Covid-19 yaitu demam, batuk, dan hilangnya indera penciuman atau perasa terkait dengan varian sebelumnya," ujar para peneliti.
Menurut profesor epidemiologi di King's College London, Tim Spector, bagi kebanyakan orang yang terpapar varian Omicron gejalanya akan terasa lebih seperti flu biasa, dimulai dengan sakit tenggorokan, pilek, dan sakit kepala.
“Kita perlu segera mengubah pesan publik untuk menyelamatkan nyawa,” lanjut Spector yang merupakan penulis utama studi.
Baca Juga: Kasus Omicron Tercatat di Indonesia, Pemerintah Dorong Langkah Kontigensi Rumah Sakit
Senada dengan temuan Spector, para peneliti di Norwegia juga melaporkan temuan serupa terkait gejala varian Omicron pada tamu pesta Natal yang divaksinasi penuh kemudian tertular Covid-19.
Dalam 87 kasus yang dikonfirmasi, gejala Omicron yang paling umum adalah batuk, pilek atau hidung tersumbat, kelelahan, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.
Kemudian, lebih dari setengahnya melaporkan demam, sementara 23 persen mengalami kehilangan kemampuan perasa dan 12 persen mengalami penurunan penciuman.
Para peneliti berkata, temuan ini merupakan bukti bahwa varian Omicron adalah versi virus Covid-19 yang sejauh ini paling mudah dan tampaknya lebih mampu menghindari kekebalan sebelumnya.
Baca Juga: Beredar Kabar Kemunculan Delmicron, Perpaduan Virus Corona Varian Delta dan Omicron
Akan tetapi mereka menegaskan, bahwa vaksin Covid-19 yang ada saat ini masih efektif untuk mencegah keparahan penyakit terutama pada vaksin dosis ketiga atau booster.
“Kami tahu kami akan terus mendengar lebih banyak tentang orang yang telah divaksinasi terinfeksi (Covid-19)," jelas direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), Rochelle Walensky.
Hal itu diungkapkannya pada konferensi pers di Gedung Putih, Amerika Serikat. Dia juga mengatakan, bahwa pasien yang telah terpapar virus Omicron mungkin mengalami gejala yang ringan atau bahkan tanpa gejala, sehingga tanpa sadar menyebarkan virus tersebut kepada orang lain.
Diklaim lebih ringan Afrika Selatan yang merupakan tempat di mana varian Omicron pertama kali teridentifikasi menemukan, bahwa sistem imun yang didapatkan dari vaksinasi lengkap serta infeksi sebelumnya dapat menjelaskan mengapa virus Omicron tampaknya muncul dengan gejala yang lebih ringan.
“Kami percaya bahwa mungkin bukan hanya Omicron yang kurang virulen (menyebabkan keparahan penyakit), tetapi cakupan vaksinasi, selain kekebalan alami orang yang sudah pernah kontak dengan virus, juga menambah perlindungan. Itulah mengapa kami melihat penyakit (akibat Omicron) ringan,” tutur Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Joe Phaahla.
Kabar baik lainnya, yaitu persentase kasus varian Omicron yang dirawat di rumah sakit cenderung lebih sedikit. Akan tetapi CDC mewanti-wanti peningkatan keseluruhan kasus dari Omicron justru dapat mengakibatkan sistem pelayanan kesehatan setempat akan kewalahan.
Sebab, mereka mencatat penyakit parah sering dimulai dengan gejala ringan. Obat antivirus Covid-19 Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) baru-baru ini telah mengeluarkan izin penggunaan darurat (EUA) bagi dua obat antivirus Covid-19.
FDA memberikan otorisasi darurat untuk obat Paxlovid produksi Pfizer yang menjadi obat oral atau minum pertama yang mendapatkan izin. Pil Paxlovid direkomendasikan untuk kasus pasien Covid-19 dengan gejala ringan hingga sedang pada orang dengan faktor risiko penyakit parah.
Obat kedua yang telah mengantongi izin FDA adalah pil antivirus Molnupiravir buatan perusahaan farmasi Merck di Inggris.
Molnupiravir diklaim dapat mengurangi rawat inap hingga kematian sekitar 30 persen dalam uji klinis individu berisiko tinggi yang terinfeksi Covid-19. FDA mengizinkan penggunaan pil Molnupiravir untuk pasien dewasa bergejala ringan hingga sedang yang berisiko tinggi mengalami keparahan penyakit.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peneliti Temukan 5 Gejala Utama Varian Omicron, Apa Saja?"
Penulis : Zintan Prihatini
Editor : Bestari Kumala Dewi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News