Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli
Tes laboratorium juga menunjukkan bahwa kemampuan virus NeoCoV untuk menginfeksi sel manusia buruk.
"Kita perlu melihat lebih banyak data yang mengonfirmasi infeksi pada manusia dan tingkat keparahan yang terkait sebelum menjadi cemas," kata Profesor Lawrence Young, ahli virus di Universitas Warwick, mengatakan kepada The Independent.
Studi pra-cetak ini, kata dia, menunjukkan bahwa infeksi sel manusia dengan virus Neo Covid sangat tidak efisien.
Dia menambahkan bahwa apa yang disoroti ini, bagaimana pun juga perlu tetap waspada terkait penyebaran infeksi virus corona dari hewan, terutama kelelawar, ke manusia.
Baca Juga: Gejala Baru Varian Omicron Ditemukan, Virus Bisa Menyerang Telinga
"Ini (studi temuan virus NeoCov) adalah pelajaran penting yang perlu kita pelajari yang membutuhkan integrasi yang lebih baik dari penelitian penyakit menular pada manusia dan hewan," jelas Prof Young.
NeoCov kerabat Mers-CoV
Para peneliti mengungkapkan bahwa, virus NeoCov yang disebut varian baru Covid ini ternyata masih berkerabat dengan Mers-CoV. "Mers-CoV telah diidentifikasi pada unta di beberapa negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan," kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
WHO menyebut bahwa secara total, 27 negara telah melaporkan kasus Mers-CoV sejak tahun 2012, dan dilaporkan telah menyebabkan 858 kematian yang diketahui karena infeksi dan komplikasi terkait.
Baca Juga: Dua Tahun Ditutup, Perdagangan Korut-China dengan Lewat Darat Dibuka Lagi
Lebih lanjut WHO menjelaskan bahwa menurut analisis genom virus yang berbeda, diyakini bahwa virus yang ditularkan mungkin berasal dari kelelawar dan kemudian ditularkan ke unta di beberapa titik di masa lalu.
WHO mengatakan 35% pasien yang terinfeksi Mers-Covid meninggal, meskipun ini mungkin terlalu tinggi karena kasus-kasus ringan mungkin terlewatkan oleh sistem pengawasan yang ada.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Virus NeoCov Diklaim Ilmuwan China Varian Covid Baru, Virus Apa Itu?"
Penulis : Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas
Editor : Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News