Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Kasus harian virus corona baru di Indonesia tiga hari berturut menembus angka 8.000. Masyarakat harus makin waspada, termasuk dengan mengenali gejala baru virus corona.
Rabu (30/12), Kamis (31/12), dan Jumat (1/1), jumlah kasus baru virus corona melewati angka 8.000. Tambahan kasus baru ini mengantarkan infeksi di negara kita total menjadi 751.270 kasus hingga Jumat (1/1).
Jelas, masyarakat harus semakin waspada dengan peningkatan kasus tersebut, termasuk dengan mengenali gejala virus corona, mulai yang paling umum hingga yang kurang umum termasuk gejala baru.
Gejala virus corona yang paling umum, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), adalah: demam, batuk kering, dan kelelahan.
Baca Juga: Warning! Indonesia bakal alami ledakan kasus Covid-19 awal 2021
Gejala baru virus corona
Melansir situs resmi WHO, berikut gejala baru virus corona:
- Sifat lekas marah
- Kebingungan
- Kesadaran berkurang (terkadang berhubungan dengan kejang)
- Kegelisahan
- Depresi
- Gangguan tidur
- Komplikasi neurologis yang lebih parah dan jarang terjadi, seperti stroke, radang otak, delirium, dan kerusakan saraf
Baca Juga: Ini manfaat dan fungsi vaksin Covid-19
Delirium, gejala awal baru virus corona
Dua studi terbaru menunjukkan, delirium menjadi salah satu gejala awal baru infeksi virus corona, khususnya pada kelompok lanjut usia alias lansia.
Mengutip EurekAlert, kesimpulan utama tersebut merupakan hasil tinjauan penelitian ilmiah para peneliti dari Universitat Oberta de Catalunya (UOC), Spanyol.
Studi yang terbit di Journal of Clinical Immunology and Immunotherapy itu menemukan, bersamaan dengan hilangnya indra perasa dan penciuman serta sakit kepala yang terjadi pada hari-hari sebelum batuk dan kesulitan bernapas, beberapa pasien Covid-19 juga mengalami delirium.
"Delirium adalah keadaan kebingungan di mana orang tersebut merasa tidak berhubungan dengan kenyataan, seolah-olah mereka sedang bermimpi," kata peneliti UOC Javier Correa.
UOC melakukan studi tentang efek virus corona terhadap sistem saraf pusat, yaitu otak. Penelitian ini menemukan, virus corona juga memengaruhi sistem saraf pusat dan menghasilkan perubahan neurokognitif, seperti sakit kepala dan delirium.
Baca Juga: Xi Jinping: Orang-orang di seluruh dunia harus usir awan gelap pandemi virus corona
Hipotesis utama yang menjelaskan bagaimana virus corona memengaruhi otak menunjuk pada tiga kemungkinan penyebab:
- hipoksia atau defisiensi oksigen saraf
- radang jaringan otak akibat badai sitokin
- fakta bahwa virus memiliki kemampuan untuk melintasi darah-penghalang otak untuk langsung menyerang otak
Menurut Correa, salah satu dari tiga faktor ini berpotensi menyebabkan delirium.
Delirium, para peneliti mengatakan, kemungkinan besar merupakan hasil dari peradangan sistemik organ dan keadaan hipoksia, yang juga menyebabkan jaringan saraf menjadi meradang.
Itu memembuat kerusakan di area seperti hipokampus, yang terkait dengan disfungsi kognitif dan perubahan perilaku yang disebabkan oleh pasien yang menderita delirium.
Baca Juga: Jokowi: Indonesia mengamankan vaksin Sinovac, Novavax, AstraZeneca, dan BioNTech
Melansir EurekAlert, studi kedua yang terbit di JAMA Network Open/Emergency Medicine menunjukkan, lansia yang datang ke unit gawat darurat (UGD) rumahsakit kemudian didiagnosis positif Covid-19, sering mengalami delirium ketika mereka tidak menunjukkan gejala khas virus corona, seperti demam dan batuk.
Para peneliti memeriksa 817 pasien berusia 65 tahun atau lebih yang dirawat di UGD dan didiagnosis dengan Covid-19. Mereka menemukan, hampir sepertiga mengalami delirium pada saat mereka tiba di UGD.
Mengigau adalah gejala utama yang muncul dari 16% pasien tersebut, dan 37% tidak memiliki gejala Covid-19 yang khas. Delirium adalah gejala paling umum keenam pada semua pasien.
Temuan ini menunjukkan pentingnya memasukkan delirium dalam daftar periksa yang menunjukkan tanda dan gejala Covid-19 yang memandu skrining, pengujian, dan evaluasi.
"Studi ini menunjukkan, delirium bukan hanya gejala umum Covid-19, tetapi juga mungkin merupakan gejala utama dan mungkin satu-satunya pada orangtua," kata Sharon K. Inouye, Profesor Kedokteran di Harvard Medical School, yang merupakan peneliti senior studi itu.
"Oleh karena itu, delirium harus dianggap sebagai gejala awal penting Covid-19," tegasnya.
Baca Juga: Tak boleh menolak, warga yang terima SMS dari Kemenkes wajib vaksin Covid-19
Gejala virus corona yang kurang umum
Selain itu, WHO mencatat, ada gejala virus corona yang kurang umum dan bisa memengaruhi beberapa pasien:
- Kehilangan rasa atau bau
- Hidung tersumbat
- Konjungtivitis (juga dikenal sebagai mata merah)
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Nyeri otot atau sendi
- Berbagai jenis ruam kulit
- Mual atau muntah
- Diare
- Menggigil atau pusing
Kemudian, gejala virus corona yang parah:
- Sesak napas
- Kehilangan selera makan
- Kebingungan
- Nyeri atau tekanan yang terus-menerus di dada
- Temperatur tinggi (di atas 38°C)
WHO menekankan, orang dari segala usia yang mengalami demam dan/atau batuk yang berhubungan dengan kesulitan bernapas atau sesak napas, nyeri atau tekanan dada, atau kehilangan kemampuan bicara atau bergerak, harus segera mencari perawatan medis.
"Jika memungkinkan, hubungi penyedia layanan kesehatan, hotline, atau fasilitas kesehatan terlebih dahulu, sehingga Anda dapat diarahkan ke klinik yang tepat," kata WHO.
Selanjutnya: Ini 7 vaksin yang akan digunakan dalam program vaksinasi corona di Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News