Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Tidak sedikit orang, termasuk beberapa ahli yang menyebut diet karnivora merupakan alternatif padat nutrisi untuk menu makanan ala Amerika yang kaya akan biji-bijian olahan dan gula rafinasi.
Hanya saja beberapa pakar nutrisi meragukan manfaat diet karnivora. Alasannya, cerita sukses seseorang yang menjalani diet ini tidak dapat dijadikan acuan dan menggantikan ilmu pengetahuan yang sudah ada.
Ditambah lagi, menghentikan asupan makanan nabati bisa membawa lebih banyak kerugian dibandingkan kebaikan.
Memicu pro dan kontra di kalangan ahli
Pengikut diet karnivora melaporkan sendiri (self-reported) adanya peningkatan kesehatan mental dan neurologis serta masalah auto-imun yang mereda ketika mengikuti diet itu. Sayangnya tidak ada bukti untuk hal tersebut, menurut Norton.
Ia berpandangan, tanpa studi yang ketat untuk mendukung kisah sukses seseorang dalam berdiet karnivora, manfaat yang disebutkan dari diet itu tidak meyakinkan.
"Saya tidak mengatakan seseorang berbohong tentang pengalaman mereka atau mereka tidak mengalami perbaikan," jelas pria tersebut. "Tetapi lebih berkaitan dengan beberapa faktor di luar keajaiban dari diet karnivora."
Jika seseorang memiliki pengalaman sukses melakukan diet karnivora, kemungkinan karena makan daging dapat mengatasi akar penyebab sejumlah gangguan kesehatan mental dan fisik, kata psikiater nutrisi Dr Georgia Ede.
Baca Juga: Tanpa Obat, Ini 4 Cara Alami Menurunkan Kolesterol
Lebih lanjut Ede menjelaskan, diet karnivora pada dasarnya bebas dari asupan karbohidrat sehingga tidak meningkatkan gula darah dalam tubuh. Selain itu, diet karnivora kemungkinan juga membantu menyeimbangkan material kimia di otak yang berfungsi mengatur suasana hati dan fungsi kognitif.
Shawn Baker, mantan ahli bedah ortopedi dan salah satu pendukung diet karnivora mengatakan, diet ini berfungsi sebagai diet yang mengeliminasi makanan olahan. Tidak diketahui pasti apakah manfaat dari diet karnivora yang dilaporkan pendukung diet tersebut berkaitan dengan makan lebih banyak daging atau makan makanan lain dalam jumlah sedikit.
Tetapi kedua faktor itu bisa jadi berperan penting, tergantung pada makanan apa yang diganti, catat Ede. Sedangkan, spesialis nutrisi berlisensi Amy Berger menyebutkan daging merah telah dianggap tidak baik secara tidak adil.
"Daging merah adalah makanan yang sangat kaya nutrisi yang sudah dimakan orang selama ribuan tahun," paparnya.